ALLAH SWT adalah satu-satunya dzat pemberi rezeki bagi setiap makhluk di muka bumi ini, termasuk manusia. Allah memberikan segala hal yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan kata rezeki itulah, pemberian dari Allah dianggap sebagai suatu nikmat yang tak ternilai harganya.
Terkadang kita menganggap bahwa rezeki itu hanya berupa materi semata, seperti halnya uang. Namun, tahukah Anda, dengan berpikir demikian itu berarti kita tak menganggap rezeki lain yang juga telah diberikan oleh Allah. Apakah itu?
BACA JUGA: Benarkah Silaturahmi Melapangkan Rezeki?
Rezeki yang diberikan oleh Allah kepada kita bukan hanya harta atau benda yang dihasilkan oleh bumi saja. Rezeki dapat pula berupa kesehatan, kekuatan tubuh, keterampilan atau gerak langkah dalam kehidupan.
Suatu ketika Anda tidak punya lalu Anda berkata, “Saya tidak bisa menyumbang karena saya tidak punya uang.” Ini adalah salah satu pemikiran yang salah.
Menyumbang tidak perlu dengan hanya menggunakan uang saja, melainkan menyumbang bisa dengan macam-macam, bisa tenaga, ilmu pengetahuan, keterampilan yang semuanya untuk kepentingan masyarakat.
Firman Allah SWT, “Dan nafkahkanlah sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,” (QS. Al-Baqarah: 3).
Arti rezeki dari ayat di atas yaitu segala apa yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat. Contohnya bisa kita lihat, betapa banyak buruh dan karyawan yang berusaha untuk mendapat gaji besar dengan kemampuan yang ada, keahlian atau tenaga, tapi hasilnya tetap saja kecil.
Adakalanya seseorang banting tulang di masa mudanya untuk mencari harta, justru baru berhasil ketika menginjak usia tua.
BACA JUGA: Inilah Rezeki dari Allah yang Sering Dilupakan Manusia
Jadi, jangan sesali apa yang telah diusahakan di masa sekarang ini. Terus berusaha untuk mencari rezeki. Dan jangan pernah lupakan hak orang lain yang ada di balik rezeki yang kita terima.
Boleh jadi kesuksesan akan hadir dalam hidup kita di masa yang tidak kita sangka-sangka, baik itu secara cepat atau pun lambat. Satu kuncinya ialah bersabar dan ikhlas ketika berikhtiar. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani