Dhaka—Ribuan warga Rohingya yang mengungsi di Bangladesh setelah melarikan diri dari aksi kekerasan di Myanmar kembali ke rumah mereka karena Bangladesh berencana menampung mereka di pulau tak berpenghuni yang rawan banjir menurut beberapa tokoh masyarakat pada Rabu (8/3/2017).
Hampir 73.000 pengungsi Rohingya memasuki Bangladesh sejak Oktober lalu, ketika pasukan pemerintah Myanmar melancarkan aksi penindakan berdarah terhadap minoritas Muslim.
Sebagian besar menuju ke kamp yang sudah penuh sesak di Cox’s Bazar, sebuah distrik wisata utama Bangladesh yang berbatasan dengan Myanmar.
Kedatangan pengungsi mendorong Dhaka memulai kembali rencana kontroversial untuk merelokasi pengungsi ke pulau tak berpenghuni di Teluk Benggala.
Beberapa tokoh masyarakat mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa lebih dari 5.000 warga Rohingya saat ini telah kembali ke negaranya yang mayoritas warganya beragama Buddha meski berisiko menghadapi penganiayaan.
Baca juga:
Paus Fransiskus: Jangan Bunuh Rohingya, Mereka Saudara Kami
Tiba di Myanmar, Kapal Bantuan Malaysia Disambut Protes
Soal Pelanggaran HAM Muslim Rohingya, Myanmar Bentuk Tim Khusus
Myanmar Akhiri Operasi Militer terhadap Rohingya
“Mereka memilih tewas kena tembakan daripada ditewaskan alam,” kata tokoh masyarakat Noor Hafiz.
“Orang-orang menjadi sangat khawatir setelah mereka mengetahui rencana relokasi tersebut. Kami mendengar bahwa pulau itu terendam banjir selama musim hujan. Saat ini kami hanya berharap situasinya lebih baik.”
Hafiz mengatakan 3.000 orang telah meninggalkan kamp mereka, sementara 2.000 orang lainnya telah meninggalkan dua kamp pengungsi sementara terpisah yang baru-baru ini dibangun.
“Mereka bilang mereka tidak ingin mati diterjang banjir,” kata Dudu Mia, warga Rohingnya yang memimpin kamp lain yang disebut Leda.
Teluk Benggala sering dilanda badai. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebut rencana untuk menjadikan pulau Thengar Char sebagai hunian “menggelikan.”
Meski begitu pemerintah Bangladesh memerintahkan pembangunan dermaga, helipad dan fasilitas pengunjung di pulau seluas 2.430 hektare itu.
Pekan lalu mereka memulai penghitungan pengungsi Rohingya sebagai bagian dari rencana relokasi setelah meminta dukungan internasional untuk menjalankan rencana itu.
Bangladesh menyatakan sekitar 400.000 warga Rohingya sekarang tinggal dalam keadaan terlantar di kamp-kamp pengungsi di negara itu.
Seorang Penjaga Perbatasan Bangladesh mengatakan jumlah warga Rohingya yang kembali meningkat meski dia memberikan angka yang jauh lebih sedikit.
“Bulan lalu 48 pengungsi memberi tahu kami mereka meninggalkan Bangladesh untuk pulang,” kata Teknaf Mayor Abu Russell Siddique kepada AFP.
“Bulan ini, dalam sepekan, jumlahnya mencapai 235.”
Siddique mengatakan bagian-bagian di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, tempat kebanyakan warga Rohingya tinggal sekarang sudah stabil.
“Sejauh yang kami tahu, hanya orang dari desa-desa yang tak terdampak (operasi penindakan) yang kembali,” katanya. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (9/3/2017). []