Oleh: Iis Nuryati
“Kadang-kadang rasa rindu itu hadir, tapi tak tahu sedang merindukan siapa …”
SALAH satu anugerah Allah pada hamba-hamba-Nya adalah dihadirkannya rasa cinta dalam hati. Cinta yang mencakup segala definisinya, yang memenuhi siang dan malam dengan semua kisah-kisah tentangnya. Cinta anak pada orang tuanya, pasangan pada pasangannya, saudara dengan saudaranya, sahabat dengan sahabatnya, dan beragam hubungan lainnya yang disandingkan dengan cinta.
Adapun rindu, ia akan hadir dari rahim cinta ketika jarak dan waktu memisahkannya dengan yang dicinta. Jarak yang jauh dan waktu yang lama selalu menjadi alasan ketika tetiba hati dipenuhi rasa rindu yang mendera. Awalnya hanya samar, lama-kelamaan makin menguat dan menggelisahkan jiwa. Mulanya hanya kecil, tapi akhirnya mendahsyat dan menggedor benteng jiwa.
BACA JUGA: Meneladani Cinta Iman Habib bin Zaid
Sungguh, Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Ia tidak menafikan adanya rasa rindu ini. Ia bahkan menjaganya, membingkainya dan mengawalnya agar rindu tetap berada pada kesuciannya. Agar rindu tetap menemukan kebahagiaannya dan menumbuhkan kemuliaannya. Agar rindu menyatu dalam balutan kasih sayang-Nya.
Maka terbitlah rasa rindu dalam hati kepada mereka yang secara fisik tak lagi bersama, secara batin tak sering menyapa. Namun ada kalanya juga hati disesaki dengan rindu yang tak jelas kepada siapa. Hanya ada sesuatu yang terasa mengganjal dan meresahkan. Datang tanpa permisi, tapi mengaduk-aduk dan mengacau. Jika perasaan seperti ini melanda, ada baiknya menelisik secara lebih dalam. Adakah itu bisikan setan, atau ajakan malaikat agar kepada-Nya kita mendekat.
Dan ketika rindu memuncak sedang Allah belum menunjukkan jalan menuju pertemuan yang diberkahi, maka itulah ujian. Ujian rindu. Saat anak merindu ayah bunda dan belum ada rezeki menjumpainya, itulah ujian bakti pada orang tua. Ketika suami merindu istri atau istri merindu suami tetapi masih ada kendala antara keduanya, itulah ujian kesetiaan. Saat lelaki merindu perempuan menjadi pasangannya padahal belum mampu untuk bersama, itulah ujian kesucian. Tak perlu menyalahkan keadaan, sesungguhnya Allah paling berhak menentukan ketetapan.
BACA JUGA: 4 Kisah Cinta Ini Lebih Romantis Daripada Romeo dan Juliet
Ada banyak cara untuk mengabarkan dan mengobati kerinduan, tetapi hanya doa yang dapat menaklukkan. Doa yang menyentuh pintu-pintu langit, membuat hati tetap terhubung. Doa yang terucap dari ketulusan, menghidupkan cinta yang redup meski tiada perjumpaan. Doa yang lahir dari keikhlasan, menghilangkan gelisah yang tak berkesudahan. Doa adalah muara segala kerinduan, penawar setiap kegundahan.
Jarak dan waktu bisa menciptakan rindu, tetapi hati-lah panglimanya. Ia bebas memutuskan apakah rindu harus bersemayam, atau harus disingkirkan. Tetapi untuk sebuah rindu yang terbit dari iman, biarkan ia memenuhi relung-relung hati, karena dengannya kita merasakan kasih sayang-Nya. Biarkan rindu menuntun ruh kita berkumpul dengan ruh-ruh yang mengharap ampunan-Nya. Biarkan rindu tetap hadir tanpa akhir dan mempertemukan kita pada Rasulullah yang paling lembut hatinya. Biarkan rindu selalu menggema karena terpisah jarak di dunia, asal kita tetap berada di jalan cinta-Nya. Semoga rindu itu akan mempersatukan kita bersama di surga-Nya. Aamiin. []