RASULULLAH SAW pernah bersabda:
ان في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله
وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب
“Di dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya. Dan jika rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilahbahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR Al-Bukhari Muslim)
BACA JUGA: Sungguh Menderita, Orang yang Hati dan Pikirannya Dipenuhi Kebencian
Dalam hadis lain, Nabi SAW juga pernah berkata bahwa hati manusia dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi.
عَنِ ابن عُمَرَ رَضَيِ اللٌهُ عَنهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللٌهِ صَلَيِ عَلَيهِ وَسَلٌمَ اِنٌ هذِهِ القُلُوبَ تَصدَأ الحَدِيدُ اِذَا أصَابَهُ المَاءُ، قِيلَ يَارَسُولَ اللٌهِ وَمَا جِلآوُهَا ؟ قَالَ كَثُرَةُ ذِكرِ الَموتِ وَتلآوَةُ القُرانِ. (رواه البيهقي في شعب الإيمان)
“Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air.” Beliau ditanya “Wahai Rasulullah , bagaimana cara membersihkannya?” Rasulullah bersabda, “Memperbanyak mengingat maut dan membaca Al-Qur’an.” (HR. Al-Baihaqi)
Dalam Kitab Fadhail Qur’an karya Syeikh Maulana Zakariyya Al-Kandahlawy dijelaskan, penyebab hati berkarat adalah banyaknya dosa dan lalai dari dzikrullah.
Lantas, bagaimana membersihkannya?
Ada dua dua amalan yang diamanatkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua nasihat, yang satu berbicara, dan yang lain diam. Yang berbicara adalah Al-Qur’an dan yang diam adalah mengingat maut.”
Jadi, dengan memperbanyak membaca Alquran dan mengingat maut, diharapkan hati akan bersinar kembali. Namun, perlu diperhatikan pula nasihat Imam Hasan Al Bashri berikut:
“Orang-orang dahulu memahami Al-Qur’an itu sebagai firman Allah. Sepanjang malam mereka sibuk bertafakkur dan bertadabbur terhadap Al-Qur’an (memikirkan isi kandungan Al-Qur’an), dan sepanjang harinya mereka sibuk mengamalkannya. Sedangkan kalian hanya memperlihatkan huruf, fathah, dan dhamahnya, tanpa menganggapnya sebagai firman Allah, sehingga tidak pernah mentafakkuri dan mentadabburinya.”
Hati itu bagaikan cermin, semakin kotor cermin itu maka semakin redup sinar makrifat yang dipantulkannya. Sebaliknya, semakin bersih cermin itu, semakin terang pantulan sinar makrifatnya. Karena itu, barangsiapa terperosok ke dalam godaan nafsu maksiat dan tipu daya setan, maka ia jauh dari makrifatullah.
BACA JUGA: Perlu Diingat, Ini 9 Cara Jaga Kebersihan Hati, Lisan dan Perbuatan
Untuk membersihkan hati yang kotor, para ulama suluk (tasawuf) menganjurkan agar melakukan mujahadah dalam riyadhah, dzikrullah, dan beribadah. Disebutkan dalam beberapa hadis, apabila seseorang hamba berbuat dosa, maka muncullah satu titik hitam di hatinya. Jika ia sungguh-sungguh bertaubat, maka akan muncul titik hitam lainnya, dan demikianlah seterusnya. (Baca Juga: 40 Hadis Keutamaan Al-Qur’an (1))
Jika dosa yang dilakukannya begitu banyak, maka hati akan menjadi hitam sehingga hilanglah keinginan untuk beramal saleh. Bahkan hati selalu condong ke arah kejahatan. Al-Qur’an telah menyebutkan tentang hal ini dalam ayat: “Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka”. (QS. Al Muthaffifin [83]: 14) []
Referensi: Fadhail Qur’an/Karya: Syeikh Maulana Zakariyya Al-Kandahlawy