RIYA adalah perbuatan tercela dan sia-sia. Orang yang melakukan perbuatan riya tentu akan merasa rugi ketika tahu semua amalannya tidak berguna.
Lawan kata riya’ adalah ikhlas, artinya memurnikan. Dari kata “akhlasha-yukhlishu”. Air yang murni disebut dengan “Al-maul khalish”. Karena masih belum ada campurannya sama sekali. Tapi jika dalam air itu dimasukkan teh sekalipun sedikit, secara otomatis berubah sebutan menjadi air teh.
BACA JUGA: Ketika Hati Dihinggapi Penyakit
Sama dengan amal ibadah, ia dikatakan ikhlas ketika murni diperbuat untuk Allah. Tetapi ketika ada niatan lain untuk dipuji makhluk, misalnya, atau untuk kepentingan duniawi lainnya maka unsur ibadahnya menjadi hilang. Inilah yang disebut riya’.
Orang yang ikhlas cirinya sama, ia selalu dalam kebaikan. Baik ada dalam keramaian atau dalam kesendirian ia tetap baik. Inilah yang disebut ihsan. Rasulullah SAW menjelaskan makna ihsan dalam sebuah hadis, “Engkau menaati Allah seakan engkau melihat-Nya. Jika tidak melihat-Nya maka engkau yakin bahwa Allah melihatmu.”
BACA JUGA: Selain untuk Wajah, Kunyit juga Bermanfaat untuk Penyakit Kulit
Sebaliknya, orang riya’ akan bekerja dengan pencitraan. Di depan banyak orang ia tampak seperti orang baik, tetapi ketika sendiri tidak merasa berdosa berbuat maksiat. Termasuk riya’ adalah janji-janji palsu yang diumbar pada saat kampanye. Dengan senang mereka memberikan harapan yang muluk dan menggiurkan agar didukung. Namun setelah terpilih, malah semua janji-janji itu dicampakkan. Seperti inilah selalu perbuatan manusia-manusia riya’.
Bayangkan, berapa banyak manusia yang dirugikan oleh penyakit ini. Itulah mengapa Allah SWT dan rasul-Nya sangat membenci penyakit ini. Dan bagi orang-orang beriman, sungguh penyakit riya’ ini benar-benar sangat ditakuti. Sebab ia datang secara tiba-tiba dan langsung menghapus amal saleh yang sudah kita kerjakan. []