Oleh: Newisha Alifa
TERLALU banyak hal yang bisa saya ambil usai menghadiri kajian tauhiid yang diselenggarakan oleh Daarut Tauhiid di Masjid Istiqlal, 14 Februari 2016 lalu.
Di antara banyaknya pertanyaan yang ditujukan untuk KH. Abdullah Gymnastiar, datang dari seorang akhwat asal Tangerang. Kurang lebih pertanyaannya seperti ini, “Bapak Ustadz Aa Gym ….”
“Sebentar-sebentar. Bapak saya sudah lama meninggal,” potong dai kondang itu.
“Iya, Bapak Kyai Aa Gym … maaf, mungkin saya nerveous. Jadi gini, gimana ya kalo saya mau sharing tentang amalan saya ke media (medsos mungkin maksudnya), tujuannya kan biar orang lain termotivasi, tapi saya khawatir juga dicap riya’.”
Dengan tenang Aa Gym menjawab, “Makanya kita tuh harus sering-sering cek ke dalam hati. Benar enggak niatnya buat memotivasi? Riya’ itu ketika kita berbuat baik nggak ada yang muji, terus kita nggak pingin lagi berbuat baik. Riya’ itu ketika amalan kita dicela orang, lantas kapok dan takut untuk berbuat baik lagi. Diniatkan saja semuanya karena Allah. Jadi mau ada yang muji atau tidak, dicela atau tidak, kita terus melakukan kebaikan.”
Cukup jelas bukan jawaban dari seorang Aa Gym? Tentang riya’ itu sebenarnya yang kaya gimana sih?
Jadi kalau hari ini kita berbuat kebaikan, contoh kecil saja, menulis tentang kebenaran dan kebaikan lalu sepi likes and comments. Mari luruskan niat kembali. Jangan kapok!
“Ah, aku nulis kebenaran enggak pada suka. Sukanya kalo aku bercanda. Besok-besok enggak usah nulis tentang kebaikan lagi deh.”
Kisah nyata saya nih!
Kalau nulis masalah jodoh, cinta-cintaan itu lebih ramai peminatnya ketimbang nulis hal lain. Sekali-kalinya ada tulisan yang sampai dishare puluhan kali tentang HATI-HATI DALAM BERDOA. Itu pun kalau pembaca ngeh, bagian bawahnya ada masalah jodohnya juga.
Tapi coba kalo saya bahas tentang masalah lain yang lebih serius. Pasti sepi banget! Nah, kejadian-kejadian seperti ini berarti niat pembuat tulisan seperti saya ini lagi diuji sama Allah!
“Kamu tuh nulis, ngarepin likes dan pujian semata, atau beneran mau menyampaikan kebenaran?!”
Yang tahu jawabannya cuma kita dan Allah.
Bisa jadi, ketika teman kita update lagi ikut kajian atau bahkan sedang di tanah suci, hati kita yang kotor ini bergumam, “Aih ngapain sih segala update lagi ngaji lah, lagi umroh lah. Biar dicap alim gituh?”
Hati-hati nih yang kaya’ gini …
Jangan-jangan sebenernya kita iri!
Iri itu tanda tak mampu!
Lebih baik kita doakan, semoga kita bisa seperti mereka yang sedang beribadah. Sedang dalam jalan kebenaran. Masalah niat, biarlah itu jadi urusan dia dan Allah! Ambil saja manfaat yang ia bagi.[]