‘Aisyah r.a. mengatakan, “Aku pernah mandi jinabat bersama-sama Rasulullah Saw. dari satu bejana. Tangan kami berulang-ulang ke dalamnya.” (Muttafaq ‘alaih). Ibnu Hibban menambah, “Dan tangan kami bertemu di dalamnya.”
ADA kewajiban sesudah jima’. Masing-masing , baik istri ataupun suami, wajib mandi janabah untuk mensucikan diri dari hadas besar. Anda dapat melakukannya sendiri-sendiri, tapi bisa juga mandi bersama-sama dalam satu bak agar keindahan dan kemesraan pada setiap hubungan yang intim dapat lebih sempurna.
Mudah-mudahan jalinan perasaan (al-’athifah) di antara Anda terikat lebih kuat. Semoga jalinan perasaan itu penuh barakah dan dibarakahi.
Anda masih bisa bermain-main kecil, bercanda bersama istri ketika mandi janabah.
Selain untuk lebih menyempurnakan kemesraan dan keakraban, kesempatan mandi jinabat juga merupakan kesempatan pertama untuk melakukan amal shalih. Barangkali ada yang masih belum mengerti cara mandi, Anda bisa mengingatkan dengan penuh kasih-sayang dan perhatian. Semoga Allah meridhai dan memberikan barakah atas niat Anda.
Nabi dan isterinya bukan saja mandi bersama. Malah ketika mandi Nabi dengan begitu romantisnya membelai-belai rambut isterinya. Seperti pengakuan Aisyah yang mandi bersama Nabi yang bercerita bahawa ketika sedang mandi bersama, Baginda SAW merungkai-rungkaikan rambut Aisyah (hadis riwayat Muslim : 498).
Sekarang pertanyaannya: masih malu untuk mandi bersama suami, atau bersama isteri? Jika Rasulullah SAW sendiri melakukannya, tentu tersirat seribu macam kelebihan di dalam amalan ini. Jika tidak, tak kan lah pakar motivasi terkenal pun menganjurkan amalan itu.
Bagi mereka lelaki yang suka berbicara tentang sunnah Nabi, janganlah hanya membahas tentang beristeri dua, tiga dan empat sahaja dikira sebagai sunnah, manakala amalan lain Nabi termasuk selalu mengerjakan solat sunat dan akhlaknya yang sungguh mulia itu tidak diberi perhatian. Juga tentu saja, mandi janabah bersama ini. [sa/islampos]