JANGAN memakan bangkai saudaramu, berikut enam kisah ruginya ghibah.
Abu Hurairah ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian tahu apa ghibah itu? Mereka menjawab, “Allah SWT dan rasulnya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Ghibah adalah membicarakan orang lain dengan menyebutkan sesuatu yang tidak disukainya.” Seseorang bertanya, “Bagaimana jika apa yang dibicarakan itu benar adanya?” Beliau menjawab, “Jika Apa yang kamu katakan benar, maka kamu telah menggunjingnya. Tetapi jika Apa yang kamu katakan itu tidak benar, maka kamu telah berbuat dusta kepadanya.” Hadits riwayat Muslim Tirmidzi.
Ghibah adalah perbuatan di mana kita membicarakan aib atau keburukan orang lain. Ghibah adalah salah satu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan termasuk dalam perbuatan dosa besar. Bahkan meskipun yang dibicarakan itu sesuai kenyataan, ghibah tetaplah perbuatan yang zalim.
Meski ghibah sulit dihindari, namun kita harus tetap mencoba untuk menghindari perbuatan dosa ini. Allah SWT sendiri mengibaratkan pelaku ghibah seperti memakan daging saudaranya yang sudah mati.
“Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.” (Qs. Al- Hujurat: 12)
BACA JUGA: Inilah Bahaya dan Hukum Ghibah dalam Islam
Secara etimologi, ghibah berasal dari bahasa Arab dari kata ghaabaha yaghiibu ghaiban yang berarti ghaib, tidak hadir.
Berdasarkan etimologi ini dapat dipahami, gibah adalah bentuk “ketidakhadiran seseorang” dalam sebuah pembicaraan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gibah adalah kegiatan membicarakan keburukan (keaiban) orang lain atau bergunjing.
Dalam Islam, gibah bukan perilaku yang terpuji dan sangat dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah. Orang yang berghibah bahkan diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Selain itu, ghibah adalah perbuatan yang sangat dekat dengan perbuatan tercela lainnya seperti fitnah, iri, dan dengki.
Ruginya Ghibah: Kisah Al Junaid
Al Junaid berkata, “Saya melihat orang miskin yang sedang meminta-minta. Dari raut mukanya, iya orang yang rajin beribadah. Saya bergumam sendiri, “Seandainya orang ini beramal dengan baik, maka ia tidak akan meminta-minta kepada orang lain.”
Ketika saya kembali pulang ke rumahku dan ingin memulai wirid ku, tiba-tiba saya kesulitan untuk mengingat semua bacaan wirid ku. Akhirnya saya tertidur.
BACA JUGA: 2 Pelajaran dari Pak Amran; Ghibah dan Pendidikan Anaknya
Dalam tidurku, saya mimpi bertemu orang miskin itu. Ada suara yang menyerukan, “Semua daging orang miskin itu telah habis, karena dimakan oleh mau dengan ghibah semua itu.”
Saya berkata, “Saya mengatakan hal itu dalam diriku sendiri.” Lalu dikatakan kepadaku, “Orang sepertimu tidak pantas berbuat seperti itu. Sekarang pergilah dan mohon maaf kepadanya.” Maka pada pagi harinya saya langsung pergi mencari orang miskin itu.
Namun sayangnya saya tidak menemukannya. Hingga akhirnya saya menemukan dia di suatu tempat. Tepatnya dekat tempat pembuangan sampah di pinggir sungai.
Saya mengucapkan salam kepadanya. Ia berkata, “Hai Abu Al-Qasim, apakah kamu ingin menggunjingku kembali.”
“Tidak” jawabku
Iya berkata, “Semoga Allah mengampunimu.”
Ruginya Ghibah: Kisah Satu Riwayat
Dalam satu riwayat disebutkan seseorang sedang menggunjing orang lain. Dia ditanya, “Apakah kamu terlibat saat peperangan dengan orang Romawi?”
“Tidak” jawabnya.
“Apakah kamu pernah ikut memerangi Turki dan India?”
“Tidak” jawabnya.
Maka dikatakan kepadanya, “Bagaimana musuh-musuhmu dapat selamat darimu sedangkan saudara-saudaramu yang muslim juga tidak bisa selamat dari mu!”
Ruginya Ghibah: Kisah Al Hasan Al Bashri
Dikatakan kepada Al Hasan Al Bashri, “Sesungguhnya si fulan telah menggunjingmu.”
Ia mengirimkan satu baki yang berisi buah-buahan kepada si fulan.
BACA JUGA: Duh, Ternyata 5 Sebab Ini Kenapa Perempuan Suka Gosip atau Ghibah!
Ia berkata, “Saya telah mendengar bahwa kamu telah memberikan hadiah kepada ku dari pahala amalan kebaikan kebaikanmu. Maka, saya mohon maaf karena tidak bisa membalasnya dengan pemberian yang setimpal.”
Ruginya Ghibah: Kisah Seorang Hamba
Dikatakan bahwa seorang hamba akan diberikan kitab catatan amalnya. Tiba-tiba ia tidak menemukan adanya satu kebaikan pun dari kitab nya.
Kemudian ia berkata, “Dimanakah pahala salat, puasa, zakat, dan ketaatanku? ”
Dijawab “Kamu telah menghilangkan semua pahala amal kebajikan mu karena kamu telah menggunjing orang lain.”
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)