ABU Thalib dua kali diwasiatkan ayahnya, Abdul Muthalib, agar mengasuh sang yatim piatu, Muhammad ﷺ . Dia kemenakannya dari saudara kandungnya Abdullah. Padahal kehidupannya miskin. Menghidupi anak-anaknya sendiri pun sulit. Namun tanggungjawab ini tetap dijaganya. Saat mengasuh Muhammad ﷺ , di rumahnya diliputi keberkahan.
Abu Thalib sangat mencintainya. Bila Muhammad tidur dan keluar, selalu ditemaninya. Ia sangat memperhatikan makanannya. Bila makan, selalu menunggu dan bersama Muhammad ﷺ . Ada keanehan, bila makan bersama Muhammad ﷺ , seluruh keluarga akan merasa cepat kenyang walaupun yang dimakan sedikit. Bila tidak bersama Muhammad ﷺ , walaupun makanannya banyak, tetap saja kelaparan.
Abu Thalib pernah berkisah bahwa saat dalam perjalanan di kota Dzulmajaz, ia kehausan. Air tidak ditemukan. Melihat hal tersebut, Muhammad ﷺ mendekati pamannya lalu menancapkan tumitnya pada tanah dan muncullah air. Lalu Muhammad ﷺ berkata, “Minumlah wahai paman!” Maka Abu Thalib pun minum.
Takdir para Nabi adalah hidup dari jerih payahnya sendiri. Di saat pengasuhan Abu Thalib, Muhammad ﷺ mengembala domba milik bani Saad dan penduduk Mekah dengan mendapatkan upah. Setelah usia mencapai 12-13 tahun Muhammad ﷺ merubah profesinya dari mengembalakan kambing menjadi berdagang bersama kafilah dagang pamannya.
BACA JUGA: Saat Sang Kakek Memilih Abu Thalib Jadi Pengasuh Muhammad ﷺ
Ada dua kisah perjalanan dagang bersama Abu Thalib dengan Muhammad ﷺ yang diabadikan oleh ahli sirah. Pertama, perjalanannya menuju Yaman. Ketika kafilah dagang berada di sebuah lembah dengan membawa unta, kuda, dan anggur. Tiba-tiba seekor unta jantan gemuk dan besar datang mengeram seperti angin menuju kafilah. Mereka pun berlarian. Saat dihadapan Rasulullah ﷺ tiba-tiba saja unta itu tengkurap di atas tanah. Lalu Muhammad ﷺ mengambil dan menaikinya lalu menuntunnya ke kafilah Abu Thalib.
Saat Abu Thalib keluar berdagang ke Syam, Muhammad ﷺ ikut bersamanya. Dalam perjalanan inilah, Abu Thalib bertemu dengan pendeta Bahira yang menyarankan agar Muhammad ﷺ segera pulang agar identitas kenabiannya tidak terlacak oleh orang Yahudi. Pakar Manajemen Ekonomi, Dr Abdul Fattah As Samman mengatakan bahwa perjalanan dagang Abu Thalib dengan Muhammad ﷺ ke Syam cukup sering dilakukan. Ini dilihat dari ragamnya pendapat pakar sirah tentang usia Muhammad ﷺ mulai berdagang.
BACA JUGA: Strategi Perang Rasulullah ﷺ Menghadapi Yahudi
Rumah kakeknya melatih Muhammad ﷺ menyerap karakter kepemimpinan kakeknya. Rumah pamannya, menempa dirinya menjadi pengembala dan pedagang yang merupakan takdir yang harus dilalui sebagai calon seorang Nabi dan Rasul. Karakter pengusaha ditempa di rumah Abu Thalib. []
Sumber:
Ibnu Jauzy, Al-Wafa, Pustaka Al Kautsar
Aidh Al-Qarni, Rawai Sirah, Penerbit Al-Itishom
Abu Fattah As-Samman, Harta Nabi, Pustaka Al Kautsar
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.