Oleh: Moh.Yusuf
Staf Pengajar Fak Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Ma’arif (STAIM) Kendal-Ngawi
Koor. Rumah Tahfidz “Lentera Al-Qur’an” Ma’arif, Mojopurno-Magetan.
RUMAH Allah atau yang umum disebut masjid merupakan tempat dimana ibadah dan qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) di semarakkan, baik dengan shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir, atau belajar ilmu-ilmu agama atau pengetahuan yang mengantarkan kepada qurbah. Masjid di dalamnya tidak pantas diramaikan dengan unsur-unsur bersifat keduniawian, kecuali memang apabila unsur duniawi tersebut demi kemakmuran masjid serta kemaslahatan umat. Semisal dana zakat, infaq atau sedekah.
Ringkasnya, rumah Allah harus seteril dari urusan keduniawian dan harus fokus untuk keakhiratan. Maka dari itu, ketika masuk rumah Allah segala bentuk urusan keduniawian harus di tanggalkan terlebih dahulu supaya bisa lebih fokus dan tenang ibadah kepada Allah. Juga terhindar dari gangguan-gangguan dan tipu daya syetan. Demikianlah aturannya.
Tidak heran jika kita setiap masuk ke dalam masjid kita menemukan pesan “kecil” yang tertempel di atas atau di samping pintu masjid, bertuliskan “Mohon Hand Phone (HP) Dimatikan” atau “Mohon HP Dinon aktifkan” atau “Harap HP Di-silent”, dan lain-lain kalimat yang semakna dengannya.
Pesan tersebut walau tidak ada penjabaran detil, pengunjung atau jamaah yang hendak masuk kedalam masjid mengerti dan paham, bahwa pesan tersebut mengandung anjuran supaya jamaah mematikan atau menonaktifkan HP-nya.
Sebab jika tidak dinonaktifkan, apabila sewaktu-waktu HP tersebut ada yang menghubungi, lebih-lebih di saat shalat fardlu berjamaah, maka jamaah yang lain akan merasa terganggu dan terusik dengan suara dari HP tersebut, lebih lagi bagi sang pemilik HP, ia akan merasa terganggu dan merasa rikuh, tidak nyaman dengan jamaah yang lain.
Ambil contoh, semisal lapangan bola sepak atau lapangan sepak bola. Semua pemain yang hendak masuk ke area dalam lapangan tidak boleh membawa apapun, lebih-lebih membawa alat komunikasi, atau HP. Kenapa demikian, karena semua individu dari pemain harus fokus, harus satu pemikiran, satu tujuan, mampu mendekat kegawang lawan dan menciptakan gol. Demikianlah aturannya.
Bisa kita bayangkan, seandainya kita masuk masjid yang merupakan simbol sebagai baitullah (Rumah Allah) kita bisa fokus sebagaimana fokusnya seorang pemain bola. Yaitu kita masuk masjid murni hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, pikiran dan hati lurus kepada Allah. Apapun masalah yang kita bawa tujuan kita hanya kepada Allah. Barangkali kita akan mampu dekat dengan Allah dan kita akan menuai gol (diperkenankan) hajat kita oleh Allah. Allohu A’lam. []