SEORANG tukang kayu tua sudah siap untuk pensiun. Dia mengatakan kepada majikannya tentang rencananya untuk berhenti bekerja. Tukang kayu ini mengatakan bahwa ia ingin menjalani kehidupan yang lebih tenang bersama istri dan keluarga besarnya. Dia akan kehilangan gaji setiap pekan, tetapi dia ingin pensiun.
Si majikan sangat menyayangkan perihal tersebut. Tukang kayu tua ini sangat baik dan merupakan pekerja kesayangannya. Akhirnya sang majikan meminta si tukang kayu tua untuk membangun satu rumah lagi saja sebagai bantuan pribadi kepadanya.
BACA JUGA: Tiga Langkah Jauhnya
Tukang kayu mengatakan ya, tetapi seiring waktu dalam pengerjaannya, hatinya tidak ada dalam pekerjaannya.
Dia mengerjakan rumah itu dengan asal-asalan, dan menggunakan bahan yang jelek. Karirnya yang berdedikasi luruh oleh ketidaksepenuhan hatinya.
Ketika si tukang kayu tua menyelesaikan pekerjaannya, majikannya datang untuk memeriksa rumah yang dibangun itu. Kemudian sang majikan menyerahkan kunci pintu depan ke tukang kayu dan berkata, “Ini adalah rumah untuk Bapak… hadiah saya untuk Bapak.”
Tukang kayu itu terkejut!
Sayang sekali! Jika saja dia tahu dia tengah membangun rumahnya sendiri, dia akan melakukan semuanya dengan sangat berbeda.
BACA JUGA: Batu, Kerikil, dan Pasir
Begitu pula dengan kita. Kami membangun hidup kita, sehari pada suatu waktu, sering menempatkan hal-hal yang seadanya saja.
Tapi, kita tidak bisa kembali. Kita adalah tukang kayu, dan setiap hari kita memaku, mengatur papan, atau mendirikan dinding. Seseorang pernah berkata, “Hidup adalah proyek yang dilakukan sendiri.”
Sikap Anda, dan pilihan yang Anda buat hari ini, membantu membangun “rumah” Anda akan hidup besok. Karena itu, bangunlah “rumah Anda” dengan sebaik-baiknya! Tak peduli esok Anda mungkin pensiun. []