TANAH Suci Mekah, tak diragukan lagi sebagai wilayah penting dalam sejarah peradaban Islam. Selain Ka’bah, banyak sekali tempat bersejarah di sana yang terkait dengan kehadiran ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam (ﷺ).
Tak hanya masjid-masjid bersejarah, di tanah Mekah juga berdiri sebuah bangunan yang merupakan rumah tempat kelahiran Nabi Muhammad ﷺ.
BACA JUGA: Menengok ‘Rumah’ Nabi Musa di Saudi
Bangunan bercat kuning pucat itu terletak 200 meter dari Masjidil Haram. Ukurannya tidak begitu besar, hanya 10×18 meter. Bangunan sederhana tersebut dulunya merupakan rumah Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad ﷺ. Orang-orang menyebt bangunan tersebut sebagai Rumah Maulid.
Kini, bangunan tersebut sudah beralihfungsi menjadi perpustakaan. Dalam buku ‘Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab’ dijelaskan, Nabi Muhammad ﷺ memberikan rumah tempat kelahirannya tersebut kepada Aqil, putra Abu Thalib, pamannya. Rumah itu kemudian beralih kepemilikannya kepada Muhammad bin Yusuf Atstsaqafi.
“Tiba suatu waktu penguasa meruntuhkannya karena khawatir disakralkan,” tulis Quraish Shihab.
Sejak itu rumah Nabi terbengkalai selama sekian lama sampai akhirnya pemerintah Arab Saudi menjadikan lokasi tersebut sebagai perpustakaan pada 1370 H.
Dalam riwayat lain, tempat kelahiran Nabi tersebut dulunya dikenal dengan sebutan lembah Abu Thalib. Aqil bin Abi Thalib menempati rumah tersebut ketika Nabi berhijrah ke Madinah. Keturunan Aqil yang selanjutnya menempati rumah itu sebelum akhirnya dibeli oleh Khizran.
Dalam perkembangannya, di lokasi tersebut sempat dibangun sebuah masjid oleh Al-Khaizuran, ibu dari Khalifah Harun al-Rasyid, khalifah kelima Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Namun, bangunan itu kemudian dihancurkan dan dijadikan perpustakaan oleh Syekh Abbas Ottoman pada 1370 H/1950 M.
BACA JUGA: Ketika Anak Anjing Bersembunyi di Rumah Nabi
Di tempat itu kini tertulis ‘Maktabah Makkah al-Mukarramah’ yang berarti perpustakaan Makkah al-Mukarramah. Seperti ini penampakan di bagian dalam perpustakaan tersebut:
Beberapa sumber menjelaskan bahwa selain buku-buku, di bagian sebelah kiri bangunan itu digunakan sebagai gudang untuk menyimpan barang-barang yang tak terpakai. Sementara pada bagian kanan, langsung berhadapan dengan tempat pengambilan air Zamzam.
Bagian belakangnya berbatasan dengan jalanan yang biasa dilalui baik oleh masyarakat maupun jamaah haji (dan umrah) yang ingin melaksanakan ibadah ke Masjid al-Haram. []
Sumber: Haji dan Umrah Bersama M. Quraish Shihab: Uraian Manasik, Hukum, Hikmah, & Panduan Meraih Haji Mabrur/ Karya: M. Quraish Shihab/ Penerbit: Lentera Hati/Tahun: 2012