SEBELUM masuk Islam, Rumaysa dikenal karena karakter baiknya. Dia sangat cerdas dan mandiri. Nama ayahnya adalah Khalid.
Suami pertama Rumaysa adalah Malik. Dia memiliki anak laki-laki dari pernikahan ini, Anas. Anaknya menjadi sahabat Nabi yang hebat.
BACA JUGA: Puncak Kesedihan Para Sahabat
Rumaysa adalah salah satu dari wanita pertama Madinah yang memeluk Islam. Ketika Nabi mengirim Mush’ab bin Umari ke Madinah, Mush’ab mengatakan kepada orang-orang Madina tentang Islam. Salah satunya adalah Rumaysa.
Rumaysa pergi ke sebuah tempat bernama Aqabah untuk memberikan kesetiaannya kepada Nabi.
Suaminya tidak hadir pada saat itu. Ketika dia kembali, suaminya melihat ada perubahan dalam dirinya.
“Apa yang terjadi?” tanya suaminya. “Engkau tampak berbeda.”
“Sekarang aku beriman pada agama Nabi Muhammad,” jawab Rumaysa.
Malik tidak senang dengan ini.
Rumaysa mulai memberitahu semua orang tentang Islam. Dia mengajar Anas, anaknya, untuk menyatakan imannya. Anak muda itu mengulanginya dengan sangat jelas.
Malik sangat marah pada istrinya. “Jangan merusak anakku,” teriak suaminya.
“Aku tidak merusaknya. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, “jawab Rumaysa.
Malik sangat marah. Dia pun pergi ke Damaskus. Di jalan, ia terbunuh oleh orang yang memusuhinya.
Rumaysa tetap mencurahkan perhatian pada anaknya. Dia memutuskan untuk tidak menikah lagi kecuali Anas mengizinkannya. Dia adalah seorang janda muda, kuat dan cantik.
BACA JUGA: Saat Istri Para Sahabat Mendengar Suaminya Gugur di Medan Perang
Abu Thalhah ingin bertunangan dengannya sebelum orang lain melakukannya. Abu Thalhah sangat kaya dan memiliki rumah yang indah. Dia adalah orang yang hebat. Semua orang mengaguminya. Dia juga seorang pemanah terampil dan penunggang kuda.
Dia meminta Rumaysa untuk menikahinya, tapi perempuan itu menolak. Alaannya, Abu Thalha adalah seorang penyembah berhala.
Tapi Abu Talha tidak menyerah. “Kenapa kamu tidak menikah denganku? Engkau ingin emas dan perak yang banyak?”
“Tidak, aku tidak menginginkan emas atau perak,” Rumaysa menjawab. “Aku hanya ingin engkau menjadi seorang Muslim. Jika engkau menerima Islam, aku bisa menikah denganmu. Engkau adalah seorang penyembah berhala, dan berhalamu itu terbuat dari kayu. Berhala itu tidak bisa memberimu kebaikan bahkan bahaya. Lepaskanlah keyakinan bodoh itu. Jadilah seorang Muslim dan aku akan menerimamu menjadi seorang suami.”
“Bagaimana aku bisa menjadi seorang Muslim?” tanya Abu Talha.
“Bersyahadatlah,” jawab Rumaysa. “Bersaksilah bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Lalu pulanglah ke rumahmu dan hancurkan sesembahanmu.”
Abu Thalhah melakukan seperti yang dikatakan Rumaysa. Dia pulang ke rumah dan menghancurkan berhalanya. Lalu dia pergi ke Rumaysa dan menyatakan imannya. Rumaysa mengajaknya menemui Nabi.
BACA JUGA: Inilah Keunggulan Para Sahabat Nabi
Setelah menikah, Mereka sangat mencintai satu sama lain. Suami baru Rumaysa ini mencurahkan waktunya dan hidupnya untuk Islam. Mereka berdua pergi ke Aqabah untuk menyatakan janji setia kedua kepada Nabi.
Abu Thalhah mengambil bagian dalam semua peperangan besar yang dilakukan oleh Nabi. Dia menjalani kehidupan yang sangat sepi. Dia memiliki taman yang indah di Madinah dengan pohon kurma, anggur dan air mengalir. []