MOSKOW–Rusia memperingatkan bahwa serangan rudal militer Amerika di pangkalan udara Suriah bisa memiliki konsekuensi serius. Pasalnya, Rusia menganggap itu sebagai ‘perampokan besar’ pertama Presiden Donald Trump dan mengakibatkan keretakan Moskow dan Washington.
Dilansir dari The Jordan Times, Sabtu (8/4/2017), kapal perang USS Porter dan USS Ross di Laut Mediterania meluncurkan puluhan rudal Tomahawk di pangkalan udara Shayrat. Itu jadi keputusan kebijakan luar negeri terbesar Donald Trump sejak menjabat pada Januari lalu.
Intervensi, langsung diarahkan ke perang sipil yang kerap dihindari pendahulunya, Barack Obama. Serangan itu sebagai reaksi terhadap apa yang Washington katakan serangan gas kimia beracun oleh pemerintah Presiden Suriah Bashar Assad, yang menewaskan puluhan orang.
Mereka masuk ke konfrontasi dengan Rusia, yang dianggap jadi sekutu Assad. “Kami sangat mengutuk tindakan tidak sah oleh AS. Konsekuensi dari ini untuk stabilitas regional dan internasional bisa menjadi sangat serius,” kata Wakil Utusan Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov.
Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medcedev, menuduh serangan AS sebagai satu langkah menjauhkan diri dari bentrok dengan militer Rusia. Pasalnya, petinggi-petinggi AS dikabarkan memberitahu pasukan Rusia sesaat menjelang serangan, agar dapat dihindari dan tidak menghantam personil Rusia.
Citra satelit menujukkan dasar rumah pasukan khusus Rusia dan helikopter, bagian dari upaya Kremlin membantu Assad melawan ISIS dan kelompok militan lain. Trump sendiri telah dianggap mendesak hubungan baik dengan Rusia, dengan menjamu Presiden Cina Xi Jinping saat serangan terjadi.
Kementerian Pertahanan Rusia menanggapi serangan dengan menghubungi atase militer AS di Moskow, dan menegaskan kalau pada tengah malam akan menutup komunikasi demi menghindari bentrokan Rusia dan AS di Suriah. Namun, pesawat tempur AS disebut sering mendekati pasukan Rusia. []
Sumber: Republika