Oleh: Ustaz Felix Y Siauw
BUKAN dari kepala dia dicipta, agar tak merasa lebih dari lelaki. Bukan pula dari kaki dia dibuat, agar tak dianggap rendah oleh lelaki. Tapi dari rusuk ia berasal agar setara dengan lelaki.
Lelaki dilebihkan dalam hal-hal tertentu, sebagaimana wanita pun dilebihkan dalam hal-hal tertentu. Namun dalam penyembahan kepada Allah keduanya sama-sama saja
Lelaki diberikan amanah tambahan dalam kepemimpinannya bagi wanita, bukan menandakan dia lebih tinggi nilainya, hanya pembagian tugas yang Allah berikan semata
Ibarat lelaki itu kepala negara, maka wanita adalah kepala pemerintahan. Lelaki yang menentukan kebijakan, pasti perlu wanita yang menerapkan teknisnya, mengeksekusinya
Maka Islam tak pernah menganggap wanita lebih rendah dari lelaki, bilapun ada perbedaan fungsi, itu lebih kepada fitrah yang Allah tugaskan pada masing-masing saja
Bila lelaki punya kekuatan dalam ketegasan, maka kelembutan wanita adalah kekuatannya. Bila lelaki mudah untuk memutuskan, maka kekuatan wanita adalah pertimbangannya
Begitulah rumah tangga dibangun, yakni ketika lelaki dan wanita sama-sama memahami fitrah yang Allah berikan, lalu ikhlas berjuang di dalam keahlian yang Allah titipkan
Takkan merasa tenang wanita tanpa kehadiran lelaki, sebaliknya pun juga begitu. Maka Allah pasang-pasangkan mereka untuk mencapai tujuan penciptaannya, yakni ibadah
Maka bila engkau suami, janganlah engkau pandang istrimu sebagai pelayanmu, melainkan engkaulah pelayannya. Bila engkau istri, maka layani suamimu sebaik-baiknya
Itulah sebab dalam Islam, Allah menuntut suami untuk menjadi yang paling baik bagi istrinya, dan bagi istri jadilah setunduk mungkin pada suaminya, bukan sebaliknya
Rumah tangga akan aman bila suami mengambil dalil baginya, dan istri mengambil dalil baginya. Bukan menuntut yang lain tapi menuntut diri sendiri untuk taat dulu pada Allah
Bila Allah menjadi penengah, bila Allah jadi standar, maka istrimu adalah kedamaian bagimu, maka suamimu adalah ketenangan bagimu. Dan rayakanlah cinta dalam pernikahan. []