DI surat Al-Ahzab ayat 43, Allah bershalawat kepada manusia. Bukankah ini momentum luar biasa? Mengapa Allah bershalawat kepada manusia? Sebab, seorang mukim yang banyak berzikir dan senantiasa menyucikan Allah di waktu pagi dan petang.
Di Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan, menurut Imam Bukhari yang dimaksud dengan Allah bershalawat kepada hamba-Nya adalah pujian Allah terhadap hamba-hamba itu di hadapan malaikat. Ulama lain mengatakan, “Shalawat dari Allah kepada hamba-Nya ialah rahmat yang Allah turunkan.”
Allah melimpahkan karunia kepada yang berdzikir karena hendak mengeluarkannya dari dalam gelap kepada yang terang. Dan Allah terhadap orang beriman adalah amat sangat Penyayang.
Buya Hamka mengatakan karunia Allah bukan semata berbentuk harta benda, emas dan perak, melainkan yang lebih tinggi dari benda. Yaitu, kemurnian jiwa dan kebersihan perjalanan hidup karena dapat perlindungan dari Allah swt.
Bila mendapatkan rezeki, rezekinya halal. Jika mendapatkan keturunan, keturunannya yang baik. Jika berumah tangga, rumah tangganya bahagia. Bila beristri atau suami, pasangannya shaleh dan shalehah.
Dikeluarkan dari kegelapan menuju terang benderang, artinya Allah akan memberikan dan membuka jalan, ilham akan datang. Kalau wahyu tidak turun lagi, namun mubasysyirat akan datang juga, seperti yang Rasulullah ï·º jelaskan, dia akan diberi petunjuk oleh Allah dalam berbagai hal, mungkin juga di dalam mimpi.
BACA JUGA:Â Hasan al-Bashri dan Akibat Shalawat pada Nabi
Malaikat pun tak ketinggalan bershalawat kepada yang berdzikir berupa memohonkan ampun kepada yang beriman. Bukan saja untuk mereka, bahkan juga untuk ayah atau nenek moyang mereka, istri-istri mereka dan anak keturunan mereka yang shaleh. []
Sumber: Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 7, GIP