UMMU Kultsum binti Ali bin Abi Thalib adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari golongan anak, memiliki kedudukan tinggi dan posisi yang luhur di sisi Rasulullah SAW. Beliau juga putri dari Khalifah Rasyidin yang keempat.
Ummu Kultsum tumbuh dan berkembang di tengah-tengah lingkungan yang mulia. Beliau adalah teladan bagi para gadis Muslimah.
Umar bin Khatab mendatangi Ali bin Abi Thalib untuk meminang Ummu Kultsum. Ali bin Abi Thalib awalnya menunda karena usia Ummu Kultsum masih belia. Umar berkata, “Nikahkanlah aku dengannya wahai Abu Hasan, karena aku telah memperhatikan kemuliaannya, yang tidak aku dapatkan dari orang lain.”
Maka Ali meridhainya dan menikahkan Umar dengan putrinya pada bulan Dzulqa’dah tahun 17 Hijriyah, dan hidup bersama hingga Umar wafat.
Suatu ketika Umar keluar di malam hari seperti biasanya untuk mengawasi rakyatnya. Beliau melewati suatu desa di Madinah, tiba-tiba beliau mendengar suara rintihan seorang wanita yang bersumber dari dalam sebuah gubug, di depan pintu ada seorang laki-laki yang sedang duduk. Umar mengucapkan salam kepada laki-laki tersebut dan bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi.
Laki-laki tersebut berkata bahwa dia adalah seorang Badui yang ingin mendapatkan kemurahan hati seorang Amirul Mukminin. Namun, laki-laki tersebut tidak mngetahui bahwa orang yang sedang berbicara dengannya adalah seorang Amirul Mukminin. Lantas laki-laki tersebut menyuruh Umar pergi, “Pergilah dan janganlah Anda bertanya tentang sesuatu yang tak ada gunanya.”
Umar kembali mengulang pertanyaannya agar dapat membantu kesulitannya jika mungkin. Laki-laki tersebut menjawab, “Dia adalah istriku yang hendak melahirkan dan tak seorangpun yang dapat membantunya.”
Umar bergegas pulang ke rumahnya dan langsung menemui Ummu Kultsum dan berkata, “Apakah kamu ingin mendapatkan pahala yang akan Allah limpahkan kepadamu?”
Ummu Kultsum menjawab, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut, wahai Umar?”
Maka Umar menceritakan kejadian yang yang ditemuinya. Kemudian Ummu Kultsum segera bangkit dan mengambil peralatan untuk membantu melahirkan dan kebutuhan bagi bayi, sedangkan Umar membawa kuali yang di dalamnya ada mentega dan makanan. Umar berangkat bersama Ummu Kultsum hingga sampai ke gubug tersebut.
Ummu Kultsum masuk ke dalam gubug tersebut dan membantu ibu yang henadak melahirkan dan beliau bekerja dengan semangat seorang bidan. Sementara itu Umar bersama laki-laki tersebut masak yang beliau bawa. Tatkala istri laki-laki tersebut melahirkan anaknya, Ummu Kultsum secara spontan berteriak dari dalam rumah, “Beritakan kabar gembira kepada temanmu wahai Amirul Mukminin, bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki.”
Hal itu membuat laki-laki Badui tersebut terperajat kaget ternyata orang yang disampingnya adalah seorang Amir.
Begitu pula wanita yang melahirkan tersebut terperajat karena yang menjadi bidan baginya di gubug tersebut adalah istri dari Amirul Mukminin.[]