Siapakah Malcolm X?
Malcolm X adalah seorang kulit hitam Amerika, anak seorang pendeta Kristen Baptis, yang kemudian memeluk Islam setelah bergabung dengan sebuah organisasi bernama The Nation of Islam. Ini terjadi setelah ia banyak berdiskusi dan membaca buku-buku Islam di balik jeruji besi.
Ia dijebloskan ke penjara karena kasus perampokan yang dilakukannya pada tahun 1946 ketika berusia 20 tahun.Â
Di dalam penjara, ia sangat tertarik terhadap konsep-konsep ajaran Islam. Ia hidup di zaman rasisme Amerika yang berlangsung dari abad 17 hingga tahun 1964 dimana pada waktu itu orang-orang kulit hitam dilarang berbaur dengan orang-orang kulit putih.
Mereka diperlakukan secara diskriminatif baik secara sosial, politik, budaya maupun ekonomi.
Sekeluarnya dari penjara pada tahun 1952, ia terus mendalami Islam dan tetap bergabung dengan The Nation of Islam. Organisasi ini terutama beranggotakan orang-orang Afro-Amerika Muslim yang berjuang untuk melepaskan diri dari Amerika Serikat dan berdiri sendiri sebagai negara yang terpisah. Di dalam organisasi ini ia terpilih menjadi juru bicara dan sering memberikan ceramah atau pidato dalam berbagai forum termasuk dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.
Pengalaman Wukuf di Arafah
Pada tahun 1964, Malcolm X menunaikan ibadah haji di Makkah dan mendapatkan pengalaman yang sangat berharga sewaktu menjalankan wukuf di Arafah. Malcolm X adalah orang yang sangat benci kepada orang-orang kulit putih sebagai reaksi keras atas sikap diskriminatif mereka terhadap orang-orang kulit hitam. Namun, ia terbengong-bengong di Makkah ketika mendapati banyak orang yang sedang menunaikan ibadah haji ternyata berkulit putih, berambut pirang dan bermata biru.
Kenyataan tersebut sangat mengejutkan dirinya sebab di Amerika hal seperti ini tidak ia jumpai. Hal yang ia ketahui sebelum keberangkatnnya ke Tanah Suci adalah bahwa Islam itu bukan agama untuk orang-orang kulit putih, tetapi untuk mereka yang berkulit hitam seperti dirinya dan orang-orang berkulit warna seperti orang-orang Asia.
Puncak kebingungan Malcolm X yang kemudian memberinya pencerahan adalah ketika berwukuf di Padang Arafah di mana ia makan sepiring dengan orang-orang kulit putih. Ia minum dengan gelas yang sama dengan orang-orang kulit putih. Ia istirahat dan tidur sebantal dengan orang-orang kulit putih. Ia sholat berjamaah dengan orang-orang kulit putih. Ia berdoa bersama orang-orang kulit putih.
Orang-orang kulit putih yang ia jumpai sedang beribadah haji itu adalah orang-orang paling putih diantara yang putih. Mereka bermata paling biru diantara yang bermata biru. Mereka berrambut paling pirang diatara yang berambut pirang. Namun mereka semua beragama Islam. []
Sumber:Nu.or.id