TSAUBAN adalah penduduk Yaman yang menjadi tawanan di zaman jahiliyah. Ia dibeli dan dibebaskan oleh Rasulullah SAW. Tetapi, ia tidak ingin kembali kepada kaumnya. Ia memilih tinggal bersama Rasulullah tanpa pernah berpisah baik di rumah maupun perjalanan.
Setelah dibebaskan Tsauban menjadi budak Rasulullah yang sangat mencintai beliau dan tak mau lepas darinya.
BACA JUGA: Inilah Keunggulan Para Sahabat Nabi
Suatu hari Rasulullah melihat Tsauban dengan wajah pucat. Dari raut wajahnya tersimpan gurat kesedihan. “Mengapa wajahmu begitu pucat, Tsauban?” tanya Rasulullah kepada Tsauban.
Tsauban menjawab, “Tidak apa-apa, Rasulullah. Aku tidak sakit. Hanya, kalau tidak melihatmu, aku kesepian. Kemudian, kalau teringat akhirat , aku takut tak dapat melihatmu lagi. Sebab, kau akan di angkat ke surga tertinggi bersama para nabi. Lalu, mana tempatku di banding tempatmu? Mana peringkatku di banding peringkatmu? Dan, jika aku tidak masuk surga, niscaya aku tak akan melihatmu legi selamanya.”
Rasulullah terharu. Beliau sangat kasihan melihat Tsauban. Tak lama setelah itu turunlah wahyu:
“Dan Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa: 69).
BACA JUGA: Petunjuk Nabi dalam Pengobatan Luka
Di saat Rasulullah SAW menghembuskan nafasnya yang terakhir, Tsauban sedang berada bersama seseorang yang juga sangat cinta kepada Rasulullah di sebuah kebun. Ketika berita duka itu sampai ke telinga Tsauban, ia tidak mampu membendung rasa dukanya. Sedemikian berat kesedihannya sehingga dengan penuh keseriusan ia menyampaikan harapan dalam doanya kepada Allah SWT, “Ya Allah Pemilik semua Sifat Maha Sempurna, butakanlah mataku ini agar aku tidak menyaksikan apa pun setelah kepergian Nabiku, hingga saat aku berjumpa dengan-Mu.”
Allah SWT mengabulkan doa itu, mata Tsauban langsung menjadi buta, sebelum ia beranjak dari tempatnya.
Sumber: Bilik-Bilik Cinta Muhammad/ Penulis: Nizar Abazhah/ Penerbit: Zaman/ 2011