ADA ceramah yang mungkin sering kamu dengarkan saat ramadhan di masa kecil dulu. Meskipun kamu mendengarkannya dengan sambil lalu, namun isi pesannya sangat melekat hingga dewasa kini.
“Saat ramadan, setan itu dibelenggu, dirantai.”
BACA JUGA: Dunia tanpa Iblis atau Setan
Apakah kamu membayangkan rantai yang benar-benar rantai sehingga setan tidak bisa bergerak?
Tapi jika memang benar mengapa masih saja ada kejahatan di bulan ramadhan jika setan dibelenggu? Lalu mengapa saat ramadhan tiba, seseorang bisa berubah menjadi rajin namun setelah usai ramadhan kembali lagi tidak rajin beribadah?
Memang jika tubuh dalam kondisi lapar, secara otomatis tekanan darah menurun, maka hawa nafsu pun diasumsikan menurun juga. Berbeda saat makan segala macam makanan maka badan akan menjadi beringas kelebihan energi.
Makna belenggu adalah menurunnya nafsu manusia disebabkan karena lapar berpuasa. Di kondisi itulah setan sulit sekali mendekat. Dan jika kita menjauh dari maksiat maka maksiat pun tidak akan menyapa kita juga.
Sama dengan ketika kita melihat sekeliling, atau mungkin di luar negeri yang muslim nya minoritas, meski sudah masuk bulan Ramadhan tapi pemandangannya disuguhi dengan kemaksiatan, disuguhi dengan beragam hal yang tidak halal. Maka apabila tidak menyentuhnya, otomatis maksiat juga tidak akan mau menyentuh. Jika mengusahakan apa yang halal, maka Allah akan dekatkan pula dengan semua yang halal.
BACA JUGA: Ujar Setan di Hari Pembalasan
Rasanya, “Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari.” sebuah nasihat dari Buya Hamka ini mewakili sekali. []