TANYA: Saat terjadi gerhana, apa yang harus dilakukan? Adakah amalan yang dianjurkan bagi muslim? Jika ada, apa saja malan tersebut?
Jawab:
Fenomena gerhana terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu saja, sehingga sangat menarik perhatian. Banyak orang yang mengabadikan peristiwa langka ini melalui lensa kamera, atau menyaksikannya beramai-ramai dengan keluarga.
BACA JUGA: Gerhana Bulan, Ini 3 Pelajaran yang Bisa Dipetik oleh Umat Islam
Peristiwa gerhana berkaitan erat dengan pergerakan bumi, bulan dan matahari yang posisinya saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika cahaya matahri yang datang ke bumi terhalang oleh bulan, maka terjadilah gerhana matahari. Demikian juga ketika cahaya bulan yang berasal dari matahari terhalang oleh bumi, maka terjadilah gerhana bulan.
Peristiwa gerhana acapkali dikaitkan dengan mitos kematian, padahal peristiwa ini murni kejadian alam yang merupakan salah satu tanda keagungan Allah SWT. Oleh karena itu, pada saat gerhana, Islam mengajarkan untuk memperbanyak melakukan amal ibadah.
BACA JUGA: Pelaksanaan Shalat Gerhana, Kapan?
Berikut ini beberapa amalan yang dianjurkan bagi muslim ketika terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari:
Memperbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR. Bukhari no. 1044)
Mengerjakan shalat gerhana
Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana dalam hadits dari ’Aisyah bahwasanya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mengendari kendaraan di pagi hari lalu terjadilah gerhana. Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melewati kamar istrinya (yang dekat dengan masjid), lalu beliau berdiri dan menunaikan shalat. (HR. Bukhari no. 1050).
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam mendatangi tempat shalatnya (yaitu masjidnya) yang biasa dia shalat di situ. (Shohih Fiqh Sunnah, 1: 343)
Ibnu Hajar mengatakan, ”Yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari, 4: 10)
Menyeru jama’ah dengan panggilan ’ash sholatu jaami’ah’ tanpa azan maupun iqamah
Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan, “Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jama’ah dengan: ‘Ash shalatu jami’ah’ (mari kita lakukan shalat berjama’ah). Orang-orang lantas berkumpul. Nabi lalu maju dan bertakbir. Beliau melakukan empat kali ruku’ dan empat kali sujud dalam dua raka’at.” (HR. Muslim no. 901)
Dalam hadits ini tidak diperintahkan untuk mengumandangkan azan dan iqamah. Jadi, azan dan iqamah tidak ada dalam shalat gerhana.
Berkhutbah setelah shalat gerhana
Disunnahkah setelah shalat gerhana untuk berkhutbah, sebagaimana yang dipilih oleh Imam Asy Syafi’i, Ishaq, dan banyak sahabat (Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1: 435).
Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah. Beliau menuturkan bahwa gerhana matahari pernah terjadi pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dan mengimami manusia dan beliau memanjangkan berdiri. Kemuadian beliau ruku’ dan memperpanjang ruku’nya. Kemudian beliau berdiri lagi dan memperpanjang berdiri tersebut namun lebih singkat dari berdiri yang sebelumnya. Kemudian beliau ruku’ kembali dan memperpanjang ruku’ tersebut namun lebih singkat dari ruku’ yang sebelumnya. Kemudian beliau sujud dan memperpanjang sujud tersebut. Pada raka’at berikutnya, beliau mengerjakannya seperti raka’at pertama. Lantas beliau beranjak (usai mengerjakan shalat tadi), sedangkan matahari telah nampak. Setelah itu beliau berkhotbah di hadapan orang banyak, beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”
Nabi selanjutnya bersabda, “Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 1044)
Khutbah yang dilakukan adalah dua kali khutbah sebagaimana pada Khutbah Jumat dan Khutbah Ied. (Kifayatul Akhyar, hal. 202).
Itulah sekelumit amalan yang dianjurkan bagi muslim untuk dilakukan pada saat terjadi gerhana. []
SUMBER: RUMAYSHO