RAKHINE–Seorang Muslim Rohingya berusia 55 tahun tewas setelah dikeroyok sejumlah warga Buddha akibat cekcok saat transaksi jual-beli perahu. Bukannya melindungi korban, Polisi yang sedang patroli di tempat kejadian justru melarikan diri ke pos jaga.
Insiden pengeroyokan itu terjadi pada Selasa (4/7/2017) di kota Sittwe, negara bagian Rakhine. Awalnya korban bersama enam orang temannya hendak membeli perahu ke Sittwe dari pengungsian di pinggiran kota.
Kemudian terjadi percekcokan antara Muslim Rohingya itu dengan seorang pria Buddha Rakhine. Melihat teman satu etnisnya bersitegang, warga lainnya pun ikut menyerang ketujuh Muslim Rohingya itu dengan lemparan batu bata.
Dilaporkan Reuters, Monir Ahmad langsung tewas di tempat setelah lemparan batu bata itu mengenai kepalanya. Sedangkan, teman-teman Monir mengalami luka-luka dan dilarikan ke rumah sakit setempat.
Saat kejadian, saksi mata mengungkapkan, ada seorang polisi yang mengawal para pria Rohingya tersebut. Namun setelah terjadi percekcokan, Polisi tersebut malah kabur melarikan diri. Penjelasan saksi ini pun dibenarkan dua polisi lainnya.
Kedua polisi itu mengatakan, saat bersama ketujuh pria Rohingya itu ada seorang polisi junior yang tidak bersenjata mengawalnya. Polisi ini tidak bisa berbuat banyak ketika massa mulai menyerang dan memilih kabur.
“Massa tidak menyerang polisi itu karena berasal dari etnis yang sama –etnis Buddha Rakhine– ,” kata polisi setempat, Letnan Kolonel Win Naung.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Dalam Negeri Myanmar Kolonel Myo Thu Soe, mengaku telah menginterogasi polisi itu. “Dia mengaku mencoba menghentikannya tapi tidak bisa. Lalu ia memilih lari ke pos polisi,” katanya.
Hingga saat ini, Soe mengatakan bahwa pelaku belum ditahan karena masih dalam tahap penyidikan.
Kasus ini menambah panjang daftar kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Sebelumnya tahun 2012, kekerasan etnis di Rakhine memaksa 140 ribu warga Rohingya mengungsi, ratusan di antara mereka terbunuh.
Pemerintah Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan lebih dari 1 juta warga Rohingya, menjadikan etnis ini terombang-ambing tanpa status yang jelas.
Mereka tidak bisa memperoleh pendidikan dan perawatan medis yang layak, dan pergerakan mereka dibatasi. Akhirnya ribuan warga Rohingya mempertaruhkan nyawa mengarungi lautan untuk mencari penghidupan yang layak.
Ratusan dari mereka tewas di laut, atau terdampar di Aceh pada tahun 2015 lalu. Tidak heran jika PBB menjuluki Rohingya sebagai etnis paling teraniaya di dunia. []