SABAR berasal dari huruf Arab ص, ب, ر yang berarti menahan diri dari keluh kesah. Bagaimana cara menahan diri dari keluh kesah sementara Allah menyebutkan bahwa, “Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh”? Mengeluh sebagaimana disebutkan Allah dalam al-Maarij ayat 19 itu mengisyaratkan bahwa sifat mengeluh sudah melekat pada diri manusia.
Mengeluh dengan pekerjaannya, mengeluh susahnya mengurus anak, mengeluh lelahnya beres-beres rumah, mengeluh di akhir bulan, mengeluh ketika hujan, mengeluh ketika panas dan lain sebagainya. Padahal “… Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS al-Baqarah: 155 dan QS al-Anfaal: 66) dan “…Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS Ali-Imran: 146). Sebagai balasannya, Allah menghadiahi orang-orang yang sabar dengan “…ampunan dan pahala yang besar” (QS Hud: 11) dan mereka “…mempunyai keberuntungan yang sabar” (QS Fussilat: 35).
Kesabaran di dalam Al-Quran diidentikkan dengan respons seseorang ketika mengalami sesuatu. Bayangkan jika ada orang yang menzalimi kita, bagaimana sikap kita? Marah atau balas menzalimi? Ataukah berdiam diri tanpa berbuat sesuatu?
Ada beberapa perilaku sabar yang tersurat di dalam al-Quran, dilakukan maupun dikatakan oleh Rasulullaah ﷺ. Pertama, “Maka bersabarlah engkau dengan kesabaran yang baik” (QS al-Maarij: 5). Menurut tafsir Ibnu Katsir, ayat ini adalah perintah Allah kepada Rasulullah ﷺ dalam menghadapi kaum Muslimin yang meminta Rasulullah untuk melakukan pembalasan terhadap kezaliman yang dilakukan oleh orang kafir. Sehingga frase ‘bersabarlah dengan kesabaran yang baik’ dapat diartikan bahwa Allah memerintahkan kita untuk tidak melakukan keburukan yang sama dengan apa yang dilakukan oleh orang pada kita.
Kedua, “Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik” (QS al-Muzzammil: 10). Cacian ataupun makian yang kita terima hendaknya tidak membuat kita naik darah dan ikut mengeluarkan cacian yang tiada guna. Jika memang kita sudah tidak sanggup, maka Allah memerintahkan kita untuk meninggalkan orang-orang yang berbuat zalim dengan cara yang tidak tercela.
BACA JUGA: 3 Jenis Kesabaran
Ketiga, “Barang siapa yang berusaha untuk bersabar, Allah akan memberinya kemampuan untuk bersabar, dan tidak ada yang diberikan Allah kepada seseorang melebihi kesabaran” (HR Bukhari). Hadits ini menyebutkan bahwa sabar itu harus diusahakan sehingga kita harus senantiasa berusaha untuk melatih kesabaran kita.
Rasulullah ﷺ patut menjadi suri teladan bagi kita bagaimana mengelola hati dan merespons apa yang menimpanya dengan kesabaran.
Ketika ada wanita Yahudi yang meludahinya, Rasulullah membalasnya dengan mengunjunginya ketika sakit. Ketika Abu Lahab dan istrinya melempari rumahnya dengan kotoran, Rasulullah tidak membalas dengan keburukan. Bahkan ketika beliau meminta pertolongan kepada orang-orang Thaif sementara mereka membalasnya dengan lemparan batu, Rasulullah tidak marah.
BACA JUGA: Ketika Bersabar dalam Ketaatan Terasa Begitu Melelahkan
Meskipun kesabaran mungkin tampak sulit untuk dipraktikkan, terutama dalam momen kesulitan, itu adalah kebaikan yang sangat dihargai dan dicintai Allah. Melalui kesabaran, kaum Muslim dapat bertahan dalam cobaan, dengan mengetahui bahwa pahala dari Allah bagi kesabaran adalah besar. Oleh karena itu, sangat penting bagi umat Islam untuk berusaha mencapai kesabaran dalam semua aspek kehidupan, dengan mencari bimbingan dan pertolongan Allah dalam mengembangkan kebaikan mulia ini.
Ada doa yang bisa kita panjatkan agar Allah memberi kita kesabaran sebagaimana tercantum di dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 250 yang artinya, “Ya Tuhan Kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan kokohkanlah langkah kami dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.” Wallaahu a’lam. []
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirimke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.