SETIAP hari, Sacha Dratwa, bermain facebook dan twitter. Setiap detik, mungkin. Ia tidak sendirian. Di belakangnya, ada sebuah tim.
Mereka mengetwit mengenai gadis Israel yang terluka akibat roket Hamas. Mereka merespon tersebarnya foto bayi Palestina yang terbunuh oleh senjata Israel. Di blog, mereka membuat game bergaya Foursquare bagi pengunjung. Di YouTube, mereka menayangkan video serangan dan pembunuhan. Semua membela Israel lewat internet. Siapa Dratwa?
Dratwa adalah bagian dari kesatuan militer Israel. Ia seorang Yahudi tentu saja. Tugasnya khususnya “memimpin perang” di internet. Menurut Gizmodo, Dratwa, yang memimpin perang di internet hanyalah orang biasa; nongkrong bersama temannya, bermain seluncur salju, dan hanya menjadi “komandan skuad perang di internet.”
Selain artileri perang yang lengkap (darat, laut, dan udara), Israel juga mempersiapkan pasukan untuk perang di internet. Bahkan sangat serius. Maklum, internet sekarang ini menjadi sarana utama pembentukan opini.
Dan letnan yang mengatur semua serangan propaganda itu adalah Sacha Dratwa, 26 tahun. Dia adalah imigran Belgia yang memimpin tim pasukan media sosial.
Menurut Majalah Tablet, sudah dua tahun belakangan ini Dratwa bertanggungjawab memegang akun YouTube dan Facebook milik militer Israel. Tugasnya adalah membuat kedua media sosial itu menjadi senjata Israel yang paling terlihat di seluruh dunia.
Facebook, seperti dilaporkan Tablet, baru tersedia di Israel sekitar tahun 2008-2009. Waktu itu Facebook masih dianggap mainan anak-anak.
Tapi itu dulu. Kini, kata Dratwa kepada majalah Tablet, “Kami percaya orang mengerti bahasa Facebook, bahasa Twitter.” [saad/islampos/the look out]