ORANG-orang Yahudi di Madinah bekerja sama dengan orang-orang munafik supaya memprovokasi orang-orang Quraisy agar mau memerangi Madinah. Akhirnya orang-orang Quraisy pun tersulut dan bergerak bersama beberapa kabilah Arab, seperti Ghathafan, Fazarah, dan lainnya.
Mengetahui hal itu, Rasulullah mengintruksikan kepada kamu muslimin agar menggali sebuah parit untuk melindungi Madinah dari serangan musuh.
BACA JUGA: Sahabat yang Dimandikan Malaikat
Muhammad ibn Muslim az-Zuhri mengisahkan:
Ketika serangan musuh di Perang Khandak semakin hebat, Rasulullah mendatangi Uyainah ibn Hishn dan al-Harits ibn Auf al-Murriy, dua pemimpin Ghathafan. Rasulullah memberi keduanya sepertiga buah yang ada di Madinah dengan syarat ia dan pasukannya kembali ke kampungnya.
Terjadilah perdamaian di antara keduanya dan dicatat dalam sebuah tulisan. Namun tidak ada kesepakatan dan keinginan kuat antara keduanya untuk berdamai, melainkan yang terjadi hanyalah penipuan.
Ketika ingin menyetempel kertas perjanjian tersebut, Rasulullah membawanya kepada Sa’ad ibn Mu’adz dan Sa’ad ibn Ubadah. Mereka adalah kepala suku Aus dan Khazraj.
Keduanya berkata, “Ini keinginanmu atau perintah dari Allah yang harus kita laksanakan?”
Rasulullah menjawab, “Ini keinginanku sendiri. Aku melakukan ini karena melihat bangsa Arab telah mengepung kalian dan menyerang kalian dari segala penjuru. Aku ingin menghentikan apa yang mereka lakukan terhadap kalian.”
Keduanya berkata, “Wahai Rasulullah, kami dan mereka dahulu adalah orang-orang musyrik dan penyembah berhala. Kami tidak menyembah Allah dan tidak mengenal-Nya. Kami tidak mau memakan kurma dari mereka kecuali dalam bentuk jamuan atau dalam jual beli. Apakah ketika kami dikaruniai Islam, diberikan hidayah, diberi kemuliaan denganmu, lantas kami akan memberikan harta kami kepada mereka? Demi Allah kami tidak membutuhkan hal itu. Kami tidak akan memberikan mereka apa-apa kecuali hunusan pedang.”
BACA JUGA: Sahabat yang Diberi Gelar Abu Yahya
“Kalau begitu, laksanakan!” tegas Rasulullah.
Lalu Sa’ad mengambil kertas perjanjian tersebut dan menghapus catatan di dalamnya sambil berkata, “Biarkan mereka menyerang kami habis-habisan.”
Pada saat Uyainah sedang bernegosiasi dengan Rasulullah, usaid ibn Hudhair dan Abbad ibn Bisyr berada di belakang Rasulullah dengan memegang pedangnya. Setiap kali Uyainah mengarahkan tangannya kepada Rasulullah, Usaid membentaknya, “Jaga tanganmu di hadapan Rasulullah!”. []
Sumber: Walid al-A’zhami, Nabi Muhammad di Hati Sahabat., hal 159, 160, 161.