KAUM Muslimin terdahulu sangatlah menjaga agamanya, mereka tidak hanya mengaku Islam dari bibirnya saja. Namun juga dari hati terdalamnya. Hal ini ditunjukan dalam kisah Abu Sirwa`ah Uqbah bin al-Harits yang mengawini putri Abu Lahab bin Aziz. Sampai suatu hari, datanglah seorang perempuan yang mengatakan,
“Sesungguhnya dulu aku pernah menyusui Uqbah dan juga pernah menyusui putri Abu Lahab bin Aziz yang dikawini Uqbah kini.” (Jadi mereka berdua adalah saudara sesusuan yang haram untuk menikah).
BACA JUGA: Seseorang akan Diuji Sesuai dengan Kondisi Agamanya
Maka Uqbah berkata kepada wanita itu, “Saya tidak tahu kalau kamu dulu pernah menyusui saya dan (istri saya), dan kamu tidak pernah memberitahukan hal ini kepada saya.”
Kemudian dia pergi ke Madinah untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah, kemudian beliau bersabda, “Bagaimana lagi, sedangkan hal itu sudah terjadi.”
Maka Uqbah (untuk memelihara agamanya dari perbuatan dosa) menceraikan istrinya, dan istrinya menikah lagi dengan orang lain.” (Hr Al-Bukhari)
Itu semua mereka lakukan karena mereka sangat menghargai usaha mereka dalam memperjuangkan Islam dan harapan mereka ingin berada dalam keridhoan Allah.
Seperti dalam satu riwayat, tatkala Umar bin Khaththab membagi-bagikan belanja sebanyak empat ribu dirham kepada setiap sahabat Muhajirin (orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah pada tahun ketiga belas kenabian Nabi Muhammad Saw), tetapi beliau hanya memberi tiga ribu lima ratus dirham kepada anaknya.
BACA JUGA: Bagaimana Cara Ketahui Kualitas Agama Seseorang?
Seseorang mengingatkan Umar, “Ia (anakmu) termasuk sahabat Muhajirin, mengapa engkau mengurangi (jatahnya)?”
Umar menjawab, “Karena dia (anakku) dibawa hijrah oleh orangtuanya (aku). Dia tidak dapat disamakan dengan orang yang hijrah (atas usaha) sendiri.” (HR Bukhari). []
Sumber: Moralitas Islam Dalam Ekonomi dan Bisnis/ Penerbit: Dr. Yan Orgianus / Penerbit: Akbarmedia,2012