SUHAIB selalu hadir bersama-sama Rasulullah di Madinah, baik dalam majelis ilmu maupun yang lainnya. Ia kini merasa aman. Tidak dianiaya lagi oleh kafir Quraiys.
Sebelum mengislamkan diri. Suhaib merupakan orang yang dermawan. Setelah memeluk Islam kedermawanannya lebih besar lagi hingga ia dipuji Rasulullah SAW.
Ketika pemerintahan Islam berasal dari Madinah berhasil menundiukkan Mekkah, Suhaib kembali berdagang, ia merasa berdagang adalah jiwanya.
BACA JUGA: Rasulullah Berikan Baju Berbahan Sutra kepada para Sahabat
Perdagangannya sukses. Suhaib munul kembali sebagai saudagar kaya yang disegani di Mekkah. Hartanya semakin banyak dan melimpah ruah, dan kedermawannannya melesat semakin meningkat. Pada malam hari ia senantiasa mengumpulkan banyak orang, terutama orang miskin untuk dijamu dengan aneka makanan yang super lezat.
Kedermawanan dan ketinggian budi Suhaib menjadi bahan pembicaraan orang banyak. Di mana ada orang berkumpul, di situlah nama Suhaib selalu disebut-sebut. Mereka memanggil Suhaib dengan nama yang sebenarnya, tetapi ia dipanggil dengan gelarnya yaitu “Abu Yahya”. Panggilan Abu Yahya ini akhirnya sampai ditelinga Umur bin Khathab. Umar bertanya kepada mereka, “Siapa orang yang kalian panggil dengan Abu Yahya, itu?” tanya Umar bin Khathab.
“Suhaib…!” jawab mereka.
“Suhaib? Apakah Suhaib memiliki anak yang bernama Yahya?” tanya Umar dengan heran.
“Panggilan ini diberikan kepadanya kerana ia adalah seorang dermawan. Ia amat suka memberi makanan kepada orang banyak sebagai kebiasaab orang Arab yang dermawan.” Jawab mereka.
Umar tak mampu mengerluarkan kata-kata lagi, meski satu patah kata. Namun, ia belum puas dengan jawaban itu. Umar masih ingin menayakan hal tersebut kepada Suhaib sendiri.
Pada suatu hari berkumpullah orang-orang di dalam masjid. Suhaib pun terut serta dengan orang-orang tersebut. Ketika Umar bin khathab melihat Suhaib, ia pun memanggilnya dan melontarkan rentetan pertanyaan, yang mengganjal dalam hatinya. Sehingga membuat ia penasaran dengan apa yang akan dijawab oleh Suhaib.
“Hai, Suhaib! Kenapa engkau dipanggil dengan panggilan Abu Yahya? Padahal engaku tidak memiliki seorang anak yang bernama Yahya. Selain itu engkau juga mengatakan bahwa engkau merupakan seorang yang berketurunan Arab. Padahal engaku berasal dari Rom. Engkau juga memberi makan orang banyak. Perbuatanmu itu adalah suatu pemborosan!” ujar Umar bin Khathab.
“Panggilan Abu Yahya itu diberikan Rasulullah kepadaku. Beliaulah yang memanggilku dengan panggilan itu!” ujar Suhaib.
“Tentang keturunan?” tanya Umar bin Khathab.
“Aku adalah Namr bin Qasith dari Mausil, tetapi aku ditangkap orang yaitu oleh orang Rom ketika aku kecil. Bagaimana pun aku telah mengenal keluargaku, kaumku, dan keturunanku!” Jawan Suhaib.
BACA JUGA: Sejak Masa Jahiliyah, Sahabat Rasulullah Ini Tidak Pernah Minum Khamar
“Perbautanmu yang boros itu?” tanya Umar lagi.
“Berkaitan dengan itu Rasulullah pernah berkata begini!” Ujar Suhaib. Lalu ia membacakan sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang suka memberi makan dan menjawab salam orang lain.”
“Hal itulah yang menjadikan penorong bagiku untuk berbuat demikian.” Jawab Suhaib
Mendengar semua penjelasan dan jawaban dari Suhaib, Umar terdiam. Tidak berkata lagi, dan ia pun berlalu meinggalkan Suhaib. []
Sumber: Cerita Teladan Para Sahabat/Komarudin Ibnu Mikam/Dian Rakyat/2004