SA’ID bin Amir adalah seorang sahabat dan’ kalangan kaum Muhajirin. Ia Bernama lengkap Sa’id bin Amir bin Khudaim Al-Jainhi, dia lahir sekitar 20 tahu sebelum hijrah/sekitar 601 M, dan memeluk Islam menjelang meletusnya Perang Khaibar.
Namanya mulai terkenal kala dia mendapat kepercayaan dari sang khalifah untuk memimpin pasukan kaum Muslim di kawasan Syam. Bahkan, ketika terjadi Perang Yarmuk, dia berhasil menyelamatkan pasukan kaum Muslim di bawah pimpinan Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah dari hajaran pasukan Romawi. Seusai Perang Yarmuk, Sa’id mendapat kepercayaan dari khalifah Umar bin Khathab untuk menjadi gubernur di Caesaria atau Homs, Suriah. Jabatan itu dia pegang sampai wafat yaitu sekitar 20 H/641 M.
BACA JUGA: Puncak Kesedihan Para Sahabat
Belum lebih dari setahun sejak pengangkatan Sai’d bin ‘Amir sebagai gubernur Homs, datanglah seorang utusan rakyat wilayah itu menghadap ‘Umar bin Al-Khaththab. Kepada sang khalifah, utusan ini melaporkan perihal negeri dan pemimpin mereka. Dalam pertemuan itu, sang khalifah memerintahkan utusan tersebut menulis nama orang-orang miskin yang ada di negeri mereka. Dalam deretan nama-nama orang yang ditulis oleh utusan tersebut ternyata salah satunya tercantum nama Sa’id bin Amir.
Umar pun bertanya kepada utusan itu dengan perasaan heran, “Siapakah Sa’id bin Amir yang namanya tertulis di sini?”
“Ia adalah gubernur kami. wahai Amirul Mukminin.”jawab utusan tersebut.
“Gubernur kalian? Gubernur kalian orang miskin?” tanya ‘Umar kaget dan penasaran.
“Demi Allah! Memang. dia adalah seorang miskin. Bahkan pernah hingga berhari-hari dapurnya tak mengepalkan asap, wahai Amirul Mukminin,” jawab utusan itu apa adanya.
Mendengar jawaban para utusan tersebut, Umar menangis. Ketika utusan itu meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Umar bin Khaththab menitipkan uang seribu dinar untuk gubernur mereka. Dan ketika utusan itu sampai ke Homs, titipan khalifah pun disampaikan kepada Sa’id bin Amir. Utusan itu berharap, sang gubernur akan gembira menerima kiriman tersebut. Namun, kenyataannya berbeda sama sekali.
“Inna Iillahi wa inna ilaihi raji’un,” seru Sa’id bin Amir selepas melihat uang begitu banyak itu.
Mendengar ucapan Sa’id istrinya lantas keluar dan berkata, “Apa yang terjadi? Khalifah meninggal dunia?”
“Bukan! Tapi, lebih besar dari itu. Ancaman duniawi bakal merasuki jiwaku. Akibatnya, amal kebajikanku selama ini bakal rusak,” jawab Sa’id.
BACA JUGA: Saat Istri Para Sahabat Mendengar Suaminya Gugur di Medan Perang
Kemudian Sa’id bin Amir menceritakan kepada istrinya perihal kiriman dari Umar tersebut. Lantas, berkata, “Bagaimana kita akan menerima uang ini, sedangkan masih banyak rakyat kita yang lebih memerlukan daripada kita?”
Sa’id dan istrinya pun akhirnya sepakat untuk membagikan uang pemberian dari khalifah Umar tersebut kepada kaum fakir miskin di daerah Caesaria atau Homs, Suriah. []
Sumber: Pesan Indah dari Makkah dan Madinah/ Penulis: Ahmad Rofi Usmani/ Penerbit: Mizan/ Februari, 2008