KECINTAAN Imam Abul Alla’ Al-Hamadzani terhadap buku sangatlah besar. Karena begitu cintanya, sampai-sampai ia bermimpi tengah berada disebuah kota. Seluruh dinding rumahnya itu merupakan tumpukan buku. Pun buku berserakan disekelilingnya. Tak dapat terhitung lagi.
Imam Abul Alla’ Al-Hamadzani khusyuk membaca buku tersebut. Asyik. Sibuk. Hingga kemudian ia ditanya. “Buku-buku apa ini?” Dengan gembira dia menjawab, “Aku telah memohon kepada Allah untuk menyibukkanku di surga. Dengan sebagaimana dahulu di dunia. Allah pun mengabulkan permohonanku.”
Sampai suatu hari, Al-Hafizh Abul Alla’ Al-Hamadzani menghadiri bazar buku-buku Ibnu Al-Jawaliqi. Di kota Baghdad. Sebagian buku-buku tersebut dijajakan dengan harga 60 dinar. Ia membeli sebagian buku tersebut. Dengan harga 60 dinar, dalam tempo satu minggu.
Al-Hafizh Abul Alla’ Al-Hamadzani pun pulang ke Hamadzan. Ia rumahnya untuk dijual dengan harga 60 dinar.
“Jualkanlah rumah ini dengan harga ini.”
Mereka menjawab, “Harganya bisa lebih dari tarif yang Anda tetapkan.”
Dengan tegas ia mengatakan, “Pokoknya jualkanlah.”
Saat itu pula ia langsung menjual rumahnya seharga 60 dinar. Setelah menjual rumahnya, ia kembali ke Baghdad untuk melunasi semua hutang bukunya. []
Redaktur: Jejeh Nurazizah