SEORANG figur pemimpin yang baik tentunya menjadi dambaan setiap jaman. Ini bisa ditemukan dalam catatan sejarah Islam. Jika ingin melihat sosok pemimpin ideal, maka tengoklah Rasul dan Khulafaur Rasyidin. Mereka benar-benar memimpin umat dengan sebaik-baiknya. Saking berhati-hatinya terhadap harta yang bukan haknya, mereka bukan hanya bersikap adil, tapi juga anti-korupsi.
Umar bin Khathab r.a. adalah salah satunya. Kisah satu ini mungkin bisa menjadi gambaran bagaimana kuatnya seorang pemimpin Islam dalam hal kehati-hatiannya. Inilah kisahnya:
Suatu ketika, Umar ra menerima minyak Misik dari Bahrain. Ia berkata, “Adakah orang yang bersedia menimbangnya untuk dibagikan kepada kaum muslimin?”
Istrinya yang bernama Atikah r.ha. berkata, “Aku akan menimbangnya.”
Umar r.a. mendiamkannya. Ia lalu bertanya lagi, “Siapakah yang akan menimbang minyak Misik ini untuk dibagikan?”
Sekali lagi, istrinya menjawab dengan jawaban yang sama. Umar r.a. tetap diam.
Benarkah Umar begitu tega mendiamkan istrinya seperti itu?
Pada pertanyaan yang ketiga kalinya, Umar pun menjelaskan sikapnya.
“Aku tidak suka jika engkau menyentuh Kasturi itu dengan tanganmu ketika engkau meletakkannya di timbangan, karena minyak itu akan melekat di tanganmu, lalu engkau menyapukannya ke badanmu, karena berarti aku memperoleh bagian yang melebihi hakku.”
Inilah sikap hati-hati yang ditunjukkan Umar bin Khathab. Sikap hati-hati yang sempurna dari seorang pemimpin yang utama. Dengan sikap itulah ia membentengi dirinya dari posisi yang dapat menimbulkan fitnah. Padahal, siapa saja yang menimbangnya tentu akan terkena tangannya, dan tidak ada keraguan lagi bahwa yang demikian itu dibolehkan. Walaupun demikian, Umar ra melarang istrinya berbuat demikian. []
Sumber: Himpunan Fadhilah Amal/ Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a.