Oleh: Tikara Shalihah
RASA suka, rasa cinta dan rasa saling menyayangi itu fitrah, Allah yang bekali potensi itu. Bahkan bukan hanya dibekalkan kepada manusia, binatangpun memilikinya. Rasa itu bisa berlabuh kepada ibu, ayah, adik, kaka, kerabat pun kepada lawan jenis. Terkhusus rasa terhadap lawan jenis, untuk kita yang berakal, Allah telah siapkan aturan, aturan untuk menyalurkan pun mengalihkannya.
Jika belum halal, rasa itu tak perlu diekspresikan, tidak perlu orang lain tau apalagi dilegalkan dengan pacaran. Pacaran adalah salah satu barometer kemaksiatan.Pacaran adalah jembatan yang sangat memudahkan untuk dekat pada sebuah perzinahan, dan Allah tak suka itu.
BACA JUGA: Menikah, Siapa Takut!
Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 32)
Lalu bagaimana pengalihan pun pemenuhan rasa ini?
Dikatakan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim, at Tirmidzi, an-Nasa-i, ad-Darimi dan al-Baihaqi, dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu:
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”
Ingat kawan, dalam pemenuhan dan pengalihannya inilah terletak hisab. Jadi, tak bisa sembarangan, tak bisa kita penuhi dengan semau kita, percintaan bak drama korea yang dibumbui keromantisan, seolah semanis madu yang nyatanya terdapat racun mematikan yang dapat mengikis iman.
Tau tidak?
Romantisme sejati itu, ketika dua insan saling mencintai dalam diam, dalam taat. Karena jika memang jodoh dan sudah waktunya, Allah lah yang akan menuntun keduanya. Jangan sampai rasa suka itu membuat lupa diri dan akhirnya mendekatkan diri kepada perbuatan yang allah benci.
Tenaaang! Tak perlu baper apalagi haper (hanyut perasaan).
Allah itu sang pengatur skenario yang paling rapih. Sangat mudah bagi Allah untuk menyatukan dua insan, apalagi jika keduanya senantiasa memaksimalkan ketaatannya kepadaNya.
Teruntuk wanita, jika memang tidak mampu menyatakan kepadanya untuk terlebih dulu memintanya seperti yang dilakukan ibunda Khadijah kepada Rasulullah, maka jadilah seperti Fatimah yang menanti cinta nya dalam ketaatannya.
BACA JUGA: Pacaran 7 Tahun, Cerai Setelah 7 Bulan Nikah
Jangan mudah percaya, terlena dengan lelaki yang pintar mengobral janji, hingga menghalalkan aktivitas yang Allah benci. Engkau terlalu berharga!
Untukmu kaum lelaki, jika belum mampu dan tertanam keberanian untuk menghalalkan, lebih baik lupakan dan pantaskan, tidak perlu menjadi laki-laki yang miskin komitmen dan miskin tanggung jawab yg hanya siap mencintai dan memacari saja.
Tak keren jika kau begitu!
Yang keren itu engkau persiapkan semuanya, laporkan kepada pemilik hatinya lalu datangi walinya, disitulah letak kegagahan dan ketampananmu!
Menikah itu bukan hanya menyatukan aku dan kamu hingga menjadi kita, tapi menyatukan dua keluarga. Keluargaku, keluargamu, keluarga kita.
Lebih banyak yang akan berinteraksi dengan kita yang tak semuanya sama. Disebutlah salah satu tujuan menikah itu sebagai penyempurna separuh agama, karena di dalamnya terdapat amalan yang tidak bisa dilakukan sebelum menikah.
Bahkan lebih dari itu, salah satu dari tujuan menikah lainnya adalah untuk melahirkan dan membentuk generasi yang berkualitas, generasi yang shalih/shalihah, generasi yang bertaqwa yang siap berada di garda terdepan dalam membela dinullah dan membumikan kalimatullah.
Jadi tak cukup dengan sukaku dan sukamu, cintaku dan cintamu tapi lengkapi dengan ilmu agar bisa berjalan dengan semestinya, agar hadir cintaNya yang mengantarkan ridhoNya sehingga terdapat berkah di dalamnya. Wallahu’alam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.