SALIM RA, walaupun statusnya sebagai maula, bekas budak yang dimerdekakan oleh tuannya, namun Islam telah mengangkat derajatnya karena kemampuannya dalam hal Al Qur’an. Nabi SAW pernah bersabda, “Mintalah dibacakan (diajari) al Qur’an dari empat orang, yakni : Abdullah bin Mas’ud, Salim maula Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka’b dan Mu’adz bin Jabal.”
Tuan yang membebaskannya, Abu Hudzaifah, adalah putra dari tokoh kafir Quraisy Utbah bin Rabiah. Ia telah memeluk Islam sejak awal, dan segera membebaskan Salim sebagai budaknya, kemudian mengikat persaudaraaan dengannya. Bahkan ia menikahkan dengan keponakannya yang juga memeluk Islam, Fathimah binti Walid bin Utbah, untuk lebih mempererat persaudaraannya tersebut.
BACA JUGA: Sahabat yang Diberi Gelar Abu Yahya
Dalam pertempuran Yamamah melawan pasukan kaum murtad yang dipimpin nabi palsu Musailamah al Kadzdzab, pasukan muslim sempat mengalami kekalahan. Pasukan pertama yang dipimpin Ikrimah bin Abu Jahal telah kalah, pasukan kedua juga sempat kocar-kacir, kemudian yang ditunjuk memimpin pasukan adalah Khalid bin Walid.
Khalid merubah strategi pertempuran dengan mengelompokkan pasukan sesuai kabilah dan golongannya. Salim diserahi Khalid untuk memegang panji kaum Muhajirin. Beberapa orang sepertinya meragukan semangat juangnya, dan akan goncang dari kedudukannya sebagai pemegang panji. Mereka khawatir musuh akan memfokuskan diri menyerang kaum Muhajirin karena dianggap pemimpinnya hanya seorang maula yang lemah semangat. Atas sikap mereka ini, Salim, yang digelari Nabi SAW : ‘Pendukung Al Qur’an’ berkata dengan tegas, “Seburuk-buruknya pendukung Al Qur’an adalah aku, jika kalian diserang karena aku!”
Perlawanan dari pasukan Musailamah dan bani Hanifah memang cukup hebat sehingga mampu membuat pasukan muslim porak-poranda beberapa kali. Hal ini menyebabkan beberapa orang menjadi gentar, bahkan ada yang berlari mundur. Melihat keadaan tersebut, Salim dan Tsabit bin Qais, pemegang panji kaum Anshar berkata, “Kami tidak berperang seperti ini pada zaman Rasulullah SAW…”
Keduanya kemudian menggali lubang sebatas lutut dan berdiri di dalamnya sehingga tidak mungkin mundur, dan menahan serangan musuh dengan semangat baja. Tindakan heroik dua sahabat Nabi SAW ini ternyata mampu membangkitkan semangat pasukan muslim lainnya. Mereka berangsur bangkit dan akhirnya mampu mengalahkan pasukan Musailamah al Kadzdzab.
Salim dalam keadaan sekarat dengan kaki masih terpendam sebatas lutut. Ketika orang-orang melepaskan kakinya dari lubang dan akan membaringkannya, ia sempat berkata, “Bagaimanakah keadaan Abu Hudzaifah?”
“Ia telah menemui syahidnya!” salah seorang sahabat menjelaskan.
BACA JUGA: Pesan Terakhir Abu Ubaidah ibn Jarrah
“Baringkanlah aku di sebelahnya,” kata Salim, seolah-olah sebagai permintaan terakhir.
Mereka mengangkat tubuh Salim dan membaringkannya di dekat jenazah Abu Hudzaifah. Salah seorang berkata, “Ini dia Salim, engkau telah berbaring di sampingnya, ia telah menemui syahidnya di tempat ini…”
Tampak sesungging senyum mengembang di mulut Salim mendengar penjelasan itu, tak lama kemudian ia menemui syahidnya menyusul saudara dan bekas tuannya tersebut. []
Referensi: 101 Sahabat Nabi/Hepi Andi Bustomi/Pustaka Al-Kautsar