SALING menopang, itulah salah satu karakter keluarga Abdul Muthalib sang kakek Rasulullah ﷺ. Saat ayah dan ibunya Rasulullah ﷺ wafat, pengasuhan diserahkan kepada kakeknya, Abdul Muthalib.
Saat sang kakek wafat, pengasuhan Rasulullah ﷺ diserahkan ke Abu Thalib, sang paman. Sang paman mencintai Rasulullah ﷺ melebihi cintanya pada anak-anaknya.
Abu Thalib bukanlah orang kaya. Oleh karena itu, untuk membantu dan meringankan bebannya, Rasulullah ﷺ ikut mengembalakan kambing milik seorang penduduk Mekkah.
Upah pengembalaan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga pamannya. Rasulullah ﷺ juga membantu pamannya berdagang.
Saat Rasulullah sudah menikah dengan Siti Khadijah, kondisi kehidupan sang paman tidak juga berubah. Ditambah lagi anak-anak sang paman semakin bertambah pula, tanggungan hidup semakin berat. Belum lagi, bila masa paceklik datang. Rasulullah ﷺ terpanggil untuk meringankan beban sang paman.
Rasulullah ﷺ pun mendatangi rumah sang paman lainnya yaitu Abbas bin Abdul Muthalib. Tujuannya, bermusyawarah memecahkan beban berat kehidupan yang dialami Abu Thalib, yang merupakan saudara kandung dari Abbas bin Abdul Muthalib tetapi berbeda ibu. Apa yang didiskusikan?
Rasulullah ﷺ berkata kepada Abbas, salah seorang pamannya yang lain, “Sesungguhnya saudaramu, Abu Thalib banyak anaknya, sedangkan sekarang ini seperti yang engkau lihat sedang musim paceklik. Marilah kita pergi kepada Abu Thalib untuk meringankan bebannya. Engkau mengambil seorang di antara anak-anaknya, dan aku pun akan mengambil seorang anaknya pula.”
Lalu mereka berdua berangkat menuju ke rumah Abu Thalib. Keduanya langsung mengemukakan maksudnya, dan Abu Thalib pun mau menerima usul mereka berdua.
Akhirnya Al-Abbas mengambil Ja’far bin Abu Thalib, sedangkan Nabi Muhammad ﷺ mengambil Ali bin Abi Thalib untuk diasuh dan diperlakukan sama dengan anak-anaknya yang lain.
BACA JUGA: Mengapa Intelejen Quraisy Tidak Mampu Mengendus Darul Arqam?
Kelak Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah Rasyidin ke-4. Sedangkan Jafar bin Abu Thalib, menjadi utusan Rasulullah ﷺ ke raja Najasi dan panglima perang Mu’tah.
Dalam keluarga Abdul Muthalib, kakek Rasulullah ﷺ, telah tertanam budaya saling meringankan beban sesama kerabat, hingga ke pengasuhannya. Kerabat ada satu tubuh. Dihimpunkan oleh Allah untuk saling mengisi dan menopang. []
Sumber: https://islamdigest.republika.co.id/berita/qizr1k335/silsilah-anak-dan-istri-abdul-muthalib-bin-hasyim
Kirim tulisan Anda ke Islampos. Isi di luar tanggung jawab redaksi. Silakan kirim ke: islampos@gmail.com, dengan ketentuan tema Islami, pengetahuan umum, renungan dan gagasan atau ide, Times New Roman, 12 pt, maksimal 650 karakter.