DALAM QS Adz Dzariyat ayat 56, Allah berfirman:
“tidak lah Aku mencipakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (QS Adz Dzariyat: 56)
Demikianlah kebenarannya. Manusia diperintahkan untuk menyembah Allah dan perintah itu juga berlaku terhadap bangsa jin. Jin juga diperintahkan untuk menyembah Allah. Tak heran, ada pula jin yang dikenal sebagai jin muslim dan jin kafir.
Para jin ini terbagi dua, yakni jin kafir dan jin yang Islam (mukmin). Jin yang beriman akan ditempatkan di surga, sedangkan jin kafir akan ditempatkan di neraka. Sementara itu, Rasulullah SAW menggambarkan, para jin itu terbagi tiga golongan, yakni golongan yang bisa terbang di udara, golongan ular dan anjing, serta golongan yang bermukim dan hidup berpindah-pindah.
Sebagaimana manusia dan hewan, para jin ini juga makan dan minum, menikah, dan beranak, serta mati. Menurut Syekh Abdul Mun’im Ibrahim, para jin ini adalah penghuni dunia yang hidup di tempat-tempat sepi dari manusia dan di padang pasir. Di antara para jin itu, ada yang hidup di pulau-pulau di tengah laut, di tempat sampah, dan di tempat rusak, sementara di antara mereka ada yang hidup bersama manusia. Jin memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia seperti terbang, naik ke langit, dan mendengar apa yang tidak bisa didengar oleh manusia. Mereka juga melihat apa yang tidak dapat dilihat oleh manusia.
BACA JUGA: Jin Ketahui Perkara Gaib?
Adapun terkait keislaman dan keimanan jin, Allah SWT berfirman dalam Quran surat al-Jin [72] ayat 1-2 dan al-Ahqaaf [46] : 29-32.
“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Alquran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorang pun dengan Tuhan kami.” (QS al-Jin [72]: 1-2).
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan-(nya) lalu mereka berkata: ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya).’ Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: ‘Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Alquran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.'” (QS al-Ahqaaf [46]: 29-32).
Syekh Abdul Mun’im Ibrahim dalam bukunya, Ma Qabla Khalqi Adam dan telah diterjemahkan dengan judul Adakah Makhluk Sebelum Adam? Menyingkap Misteri Awal Kehidupan, menyebutkan, jin termasuk di antara makhluk Allah yang telah diciptakan dengan kewajiban menjalankan syariat-Nya. Dalam Alquran ditegaskan: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku.” (QS adz-Dzaariyat [51]: 56).
Allah menciptakan jin dari api yang menyala (marij), dan ia adalah ujung api yang berkobar. Marij adalah kobaran api yang bercampur dengan api hitam (sangat panas, as-samuum). Lihat al-Hijr [15]: 27, ar-Rahman [55]: 15.
Dalam Syaamil Al-Qur’an disebutkan keislaman para jin ini dan diabadikannya kisah mereka itu dalam Alquran (QS 46: 29-32, dan QS 72: 1-2) sebagai bentuk penghinaan dan celaan terhadap kaum Quraisy dan bangsa Arab yang terlalu lambat dalam mengimani risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat ini juga menunjukkan kepada umat manusia bahwa jin yang diciptakan Allah dari api pun bisa menerima kebenaran Alquran dan Islam. Sementara itu, manusia yang diciptakan Allah dari tanah dan diberi kelebihan berupa akal ternyata belum sepenuhnya menerima Islam. Seharusnya mereka berkaca dari keterangan ayat ini.
Dalam Asbab an-Nuzul disebutkan sebab-sebab diturunkannya surat al-Ahqaaf ayat 29-32. Diriwayatkan dari Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud. Ketika Rasulullah SAW sedang membaca ayat-ayat Alquran, ada beberapa jin (sejumlah riwayat menyebutkan jumlahnya sembilan dan sebagian lain menyebutkan tujuh) yang turut mendengarkan bacaan Alquran dari Rasulullah SAW. Kemudian, salah satu dari jin itu mengingatkan teman-temannya, “Diamlah, perhatikan bacaannya.” Sesudah itu mereka kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka pada jalan yang benar.
Sementara itu, mengenai surat al-Jin ayat 1-2, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya sekumpulan jin mendengarkan Rasulullah SAW membaca Alquran ketika sedang mendirikan sholat Subuh bersama para sahabatnya. Kemudian, sesudah sholat, Rasul menceritakan hal itu kepada para sahabatnya mengenai turunnya ayat 1-2 surat al-Jin tersebut.
Ibnu Mas’ud menyatakan, dirinya ikut menyaksikan malam turunnya ayat Jin ini. Rasulullah SAW bersabda, “Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka.”
Dalam riwayat sahih dijelaskan bahwa golongan jin telah mendengarkan Nabi Muhammad SAW pada saat sedang sholat dengan para sahabatnya dan membaca Alquran dengan lantunan suara yang mendorong para jin bergerak menuju ke haribaan-Nya. Setelah mereka mendengarkannya dengan sungguh-sungguh dan memahami hakikat Kalamullah (Alquran), mereka segera bertolak dan bergerak menuju kaumnya untuk memberi kabar gembira dan mengajarkan apa-apa yang telah mereka pahami dan dengarkan dari Rasulullah SAW.
Dalam kitab Ad-Durur al-Manshur disebutkan bahwa jumlah jin yang datang kepada Rasulullah SAW itu sebanyak tujuh jin. Sementara itu, menurut Ibnu Mas’ud sebagaimana dikutip Syekh Abdul Mun’im Ibrahim, jumlah mereka sebanyak sembilan jin dan salah satu dari jin itu bernama Zauba’ah. Dalam kitab Fath al-Bari bi syarh Shahih al-Bukhari bab Dzikru al-Jin disebutkan pemimpin para jin itu bernama Wirdan. Para jin itu berasal dari Nasibain, yaitu sebuah daerah yang terletak di perbatasan antara Negara Irak dan Syria, yaitu di dekat Mosul.
BACA JUGA: Jin Juga Beribadah bersama Manusia?
Menurut Abdullah ibnu Umar, ayat Alquran yang dibacakan Rasulullah SAW ketika itu adalah surat ar-Rahman [55]. Rasulullah SAW bersabda; “Tidak ada bagiku selain golongan jin yang lebih baik dalam merespons surat ar-Rahman [55] daripada kalian.”
Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa, ya Rasul?” Rasul menjawab, “Ketika aku membaca ayat, maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan, para jin berkata, ‘Wahai Tuhan kami, tidak ada sedikit pun dari nikmat-Mu yang kami dustakan.”‘
Dalam hadits ini, Rasulullah SAW mengajarkan pada para sahabatnya bagaimana mereka (golongan jin) menafakuri dan mentadaburi (menelaah dan mencerna) ayat-ayat Allah SWT. Ketika ayat Alquran menanyakan sesuatu, para Jin itu dengan cepat merespons pertanyaan Allah, sementara para sahabat masih terdiam dan terpaku mendengarkan ayat-ayat tersebut. Para jin lebih respek terhadap ayat yang banyak menggunakan kalimat istifham (pertanyaan) daripada manusia.
Kendati demikian, diamnya para sahabat dalam merespons ayat Alquran ini masih lebih baik dibandingkan dengan orang-orang kafir Quraisy yang enggan mengimani dan meyakini kebenaran Alquran dan ajaran Islam.
Menurut Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Alquran, surat Jin dan al-Ahqaaf itu memberikan teguran kepada orang-orang kafir Quraisy dan Arab di Makkah yang terlambat merespons keimanan, sementara jin yang bukan berasal dari golongan manusia lebih cepat dalam menerima dan merespons dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW. []