TOKYO — Grand Eat Ginza, sebuah restoran di Jepang, mengadakan acara pameran makanan halal untuk mengakomodasi ribuan atlet Muslim dan turis yang akan ada di ajang olahraga terbesar di dunia, Olimpiade 2020.
“Kami berharap bahwa orang-orang dari seluruh dunia akan menikmati makanan mereka bebas dari kecemasan saat tinggal di Jepang,” kata Yasuaki Takeda (42), perwakilan dari restoran Gran-Eat Ginza.
Sports Inquirer melaporkan, Selasa (24/7/2019), pameran ini menyajikan beberapa hidangan seperti ayam panggang bersertifikat halal dan mie panas wijen Szechuan dengan bahan-bahan berbasis kedelai. Makanan tersebut diusulkan oleh Shintaro Ikeda (38), seorang mantan pemain bulutangkis Olimpiade yang juga merupakan anggota dari ‘Kelompok Penasihat Strategi Pangan’ yang didirikan untuk Olimpiade Tokyo 2020.
BACA JUGA: Unik, Medali Olimpiade Tokyo 2020 Dibuat dari Limbah Logam dan Elektronika
Pameran makanan halal ini akan berlanjut hingga 4 Agustus 2019 mendatang. Sementara Olimpiade Musim Panas atau Olimpiade Tokyo 2020 akan dilangsungkan pada 24 Juli hingga 9 Agustus 2020 mendatang. Lima puluh negara muslim diperkirakan akan berpartisipasi dalam ajang bergengsi tersebut. Selain itu, akan ada ratusan atlet muslim dari negara lainnya yang juga turut menyemarakkan pesta olahraga itu.
Yang menarik, ‘Gran-Eat Ginza’ bukan satu-satunya restoran Jepang yang menunjukkan minat untuk menyajikan makanan halal karena ada beberapa inisiatif dari berbagai pihak di negara Asia Timur untuk menyambut tamu Muslim yang diharapkan.
Pada bulan Maret 2018, telah terjadi kerja sama antara Liga Dunia Muslim (MWL) dan Asosiasi Bisnis Halal Jepang (JHA) ketika kedua pihak telah menandatangani perjanjian untuk mengatur dan mensertifikasi makanan halal di Jepang.
Ini diikuti pada bulan September 2018 ketika JHA, sekarang menjadi asosiasi berbadan besar dalam membantu perusahaan mengembangkan dan mengekspor produk yang cocok untuk Muslim, mengadakan lokakarya untuk koki Jepang di kota Shizuoka tentang menyiapkan masakan halal.
Istilah halal umumnya digunakan untuk daging, tetapi juga berlaku untuk produk makanan lain, kosmetik, produk perawatan pribadi, dan obat-obatan yang tidak boleh berasal dari sumber non-halal seperti daging babi.
Halal juga berlaku untuk bahan-bahan lain yang dikonsumsi dan dimakan yang tidak boleh membahayakan kesehatan manusia. Misalnya, Islam menganggap anggur, minuman beralkohol, rokok, E-cigs, hookah, dan hal-hal tidak sehat lainnya sebagai halal.
BACA JUGA: Jelang Olimpiade 2020, Jepang Siapkan Masjid Mobil
Dalam beberapa tahun sebelumnya dan karena meningkatnya jumlah wisatawan Muslim yang mengunjungi Jepang selain dari Olimpiade Tokyo 2020, beberapa sektor Jepang telah menjadi lebih ramah kepada pengunjung Muslim.
Kampanye ini, yang didorong oleh otoritas pariwisata pemerintah, termasuk membangun masjid keliling, ruang sholat di beberapa hotel, toko kosmetik halal, serta fasilitas ramah Muslim di situs wisata utama seperti Gunung Fuji.
Secara historis, Jepang sendiri menyimpan jejak sejarah Islam. Catatan Muslim paling awal di Jepang dapat ditemukan dalam karya-karya kartografer Muslim Ibnu Khordadbeh. Perkembangan agama Islam di Jepang pada masa sekarang pun cukup signifikan. Pada 2010, Pusat Penelitian Pew memperkirakan ada 185.000 Muslim di Jepang. []
SUMBER: SPORT INQUIRER | ABOUT ISLAM