SEBAGAI manusia tentu kita memiliki emosi yang salah satunya berupa rasa marah. Namun, sifat pemarah itu tidak terpuji. Jadi, rasa marah itu harus dikendalikan dengan baik.
Rasulullah SAW bersabda, “Jangan marah! maka bagimulah surga.” (Hadis). Bagi orang yang mampu mengendalikan amarahnya, Allah sediakan surga baginya.
Nah, bagaimana cara untuk mengendalikan amarah? Dan, bagaimana cara menyikapi kemarahan?
Kisah dibawah ini, insya Allah, bisa mengungkapkan jawabannya. Berikut ini kisahnya:
Seorang laki-laki yang berbeda paham dengan seorang guru spiritual mengeluarkan kecaman dan kata-kata kasar. Ia meluapkan kebenciannya kepada sang guru yang bijak.
Sang guru hanya diam, mendengarkannya dengan sabar, tenang dan tidak berkata sepatah kata pun.
Setelah lelaki tersebut pergi, muridnya yang menyaksikan peristiwa itu bertanya, “Mengapa guru diam saja tidak membalas makian lelaki tersebut?”
Sang guru menjawab pertanyaan pertanyaan itu dengan sebuah pertanyaan lainnya, “Apakah jika seseorang memberimu sesuatu, dan kamu tidak mau menerimanya, lantas menjadi milik siapa kah pemberian itu?”
“Tentu kembali menjadi milik si pemberi,” jawab sang murid dengan lugas.
“Betul. Begitu pula dengan kata-kata kasar tersebut,” tukas Sang guru seraya meneruskan, “Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri. Dia tidak menyadari, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia dan di akhirat.”
Sang guru terus memberikan penjelasan dengan mengutarakan kata-kata bijak.
“Karena energi negatif yang muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan hanya akan membuahkan penderitaan hidup. Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri.”
Tak lupa sang guru menyampaikan nasehat kepada muridnya, “Demikian halnya jika di luar sana ada orang yang marah-marah kepadamu. Biarkan saja, karena mereka sedang membuang sampah hati mereka. Jika kamu diam, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri. Tetapi jika kamu tanggapi, berarti kamu menerima sampah itu.”
Sang guru bercerita, “Hari ini begitu banyak orang di jalanan yang hidup dengan membawa sampah di hatinya. Sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, dan lainnya. Maka, jadilah kita orang yang bijak.”
Ia kemudian berpesan, “Jika kamu tak mungkin memberi, janganlah mengambil. Jika kamu terlalu sulit untuk mengasihi, janganlah membenci. Jika kamu tak dapat menghibur orang lain, janganlah membuatnya sedih. Jika kamu tak bisa memuji, janganlah menghujat. Jika kamu tak dapat menghargai, janganlah menghina. Dan, jika kamu tak suka bersahabat, janganlah bermusuhan.” []
Artikel ini beredar viral di media sosial, kami kesulitan menemukan sumber pertamanya.