CIANJUR—Banyak cara untuk berbagi, bersedekah tak melulu harus dengan materi yang jumlahnya wow. Salah satunya bisa dilakukan dengan sandal.
Ide ini bermula dari keinginan Atik Nurdianti beramal di bulan Ramadhan, dan mengajak orang lain untuk beramal.
Atik kemudian menggagas ide sedekah melalui sandal—yang kemudian diberi nama Sandal Wakaf. Bersedekah melalui sepasang sandal, kini menjadi cara beramal yang banyak dilakukan oleh warga Cianjur.
“Sandal ini punya ciri khusus, ada keterangan wakaf dan tulisan pemesan sandal di atas sandalnya. Jadi, kalau dipakai oleh selain orang masjid akan ketahuan,” kata Atik, lansir Pikiran Rakyat, Jumat, (2/6/2017).
Atik sendiri merupakan perajin sandal asal Kampung Kandang Sapi, Desa Sinsangasih, Kecamatan Karangtengah, Cianjur.
Kini sandal wakaf masjid itu diburu pembeli untuk jadi sumbangan ke masjid, bahkan lingkungan istana Cipanas pun memesan sandal wakaf produksi pelaku UMKM di Cianjur tersebut.
“Orang Istana Cipanas pesan dua ribu sandal, rencananya akan dibagikan ke masjid-masjid di sekitar istana,” ucapnya.
Hal itu, jadi keunikan yang ditawarkan Atik. Pasalnya, kebutuhan sandal di masjid pun seringkali membludak, terutama di bulan Ramadan. Dengan adanya sandal wakaf ini diharapkan kebutuhan jemaah masjid pun terpenuhi untuk berwudhu dan lainnya.
Ia mengatakan, sandal berwarna-warni itu terbuat dari spon yang didatangkan dari Tangerang. Menurut Atik, bahan baku spon dipilih agar menghasilkan alas kaki yang lebih ringan.
Atik mengatakan, berbagai keunikan yang ditawarkan dalam ‘modal’ beramal itu kemudian dipasarkannya melalui media sosial. Tak disangka, ternyata banyak yang meminta dibuatkan untuk selanjutnya disumbangkan ke masjid.
“Responnya tidak disangka-sangka, banyak pesanan yang masuk. Mayoritas minta dibuatkan sandal, nantinya mau mereka sumbangkan ke masjid di lingkungannya masing-masing,” ujarnya.
Selain ringan, variatif, dan nyaman, ia pun menawarkan harga yang murah. Sepasang Sandal Wakaf dijual dengan harga Rp 15 ribu, pembeli pun bisa mendapatkan harga lebih murah jika memesan dalam partai besar.
Penjualan sandal tersebut diakui Atik lebih ramai saat bulan Ramadan tiba. Pesanan pun datang dari berbagai kalangan, mulai dari perseorangan hingga kelembagaan.
Bersama lima pegawainya, Atik terus memproduksi sandal yang dapat digunakan oleh laki-laki dan perempuan itu. Ia mengharapkan, keinginannya untuk beramal lebih banyak, dapat mendorong masyarakat untuk melakukan hal serupa.
“Supaya jadi kesempatan untuk berlomba-lomba beramal, mencari berkah juga di bulan yang baik ini,” katanya. []