ADA seorang anak elang terluka yang diselamatkan oleh seorang petani budiman. Petani menemukan anak elang itu di salah satu lahan sawahnya. Dia merasa kasihan padanya dan membawanya pulang, mengobati luka-lukanya, dan kemudian merawatnya di halaman gudang agar segera pulih.
Anehnya, segera saja anak elang itu melakukan semua kebiasaan ayam. Dia belajar berjalan dan berkokok seperti ayam. Dia belajar untuk minum dari palung dan mematuk tanah untuk mencari makanan, dan selama bertahun-tahun anak elang yang baik itu hidup dengan kehidupan seperti itu di pertanian. Waktu berlalu dan anak elang itu tumbuh besar.
BACA JUGA: 5 Orang Lelaki yang Tersesat di Tengah Hutan
Tapi kemudian suatu hari, salah satu teman petani melihat elang itu dan bertanya, “Mengapa di lumbungmu ada elang yang bertingkah seperti ayam?”
Sang petani mengatakan kepadanya apa yang telah terjadi, namun si teman hampir tidak bisa menerima situasi tersebut.
“Itu tidak benar,” kata sang teman. “Sang Pencipta Mahakuasa menciptakan elang untuk bisa menguasai langit, bukan untuk mengais makanan di halaman lumbung!”
Sang teman kemudian mengambil elang itu, ia naik ke sebuah tiang pagar di dekatnya, dan melemparkan si elangke udara. Tapi elang itu bingung, dan jatuh kembali ke bumi. Ia segera bergegas pergi mencari teman-teman ayamnya.
Si teman petani kembali meraih si elang lagi dan naik ke atas lumbung. Saat ia menghela burung itu dari atap, elang berteriak-teriak ketakutan setengah hati sebelum jatuh ke dalam jerami. Setelah menggelengkan kepalanya beberapa kali, si elang menenangkan dirinya dan mulai tanpa berpikir mematuki jerami.
Si teman petani pulang ke rumahnya malam itu dengan sedih. Dia hampir tidak bisa tidur karena ia ingat bahwa ia melihat cakar kuat sang elang berlapis lumpur lumbung. Dia tidak tahan dengan pikiran itu, sehingga pada hari berikutnya, ia kembali ke pertanian untuk mencoba lagi.
Kali ini ia membawa elang ke puncak gunung terdekat di mana langit tak terbatas.
Dia menatap mata elang dan berseru, “Apakah kau tidak mengerti? Kau tidak diciptakan untuk hidup seperti ayam! Mengapa kau ingin tinggal di sini ketika kau seharusnya hidup di langit?”
BACA JUGA: Kantong Kue di Bandara
Seketika si teman petani memegang elang itu tinggi-tinggi, dan menghadapkannya ke cahaya terang sebelah barat. Lalu ia dengan kuat menghela si burung ke langit, dan kali ini si elang membuka sayapnya, menatap matahari, melihat pemandangan dari atas lembah, dan menghilang ke dalam awan.
Moral
Apakah Anda tahu bahwa kita, juga lahir untuk beberapa tujuan yang tinggi dalam kehidupan ini? Allah SWT, sang Pencipta Mahakuasa telah memanggil kita untuk hidup di ketinggian, namun terlalu banyak dari kita selalu saja berkumpul bersama di halaman gudang, tidak berjuang untuk mencari identitas Islam kita sendiri dan tujuan hidup kita?
Tanda kutip
“Rabbi (wahai Tuhanku), lapangkanlah untukku dadaku,” (Quran Surat Thaha, 20:25). []