Oleh: Nida Nur Fadillah
Penulis ialah mahasiswi jurusan PG-PAUD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta
ANAK-anak sering kali diibaratkan dengan kertas putih, yang mana bersih dari noda. Itulah kenapa meraka merupakan peniru yang ulung. Sayangnya, sebagai orang dewasa kita terkadang tak menyadari bahwa ucapan dan tingkah laku kita kurang baik untuk ditonton anak, padahal jika itu telah tertangkap oleh kedua bola matanya, maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi unforgettable memories bagi si anak tersebut. Pun di kemudian hari anak itu akan mempraktikannya sendiri. Yang jadi pertanyaannya, ia meniru dari diri kita suatu hal yang baik atau buruk? Sedangkan belum bisa membedakan antara haq dan bathil…
Ayah… Pernahkah memarahi anak yang berkata kasar? Padahal kata tersebut mulanya terucap dari mulut ayah sendiri. Bunda… Pernahkah merasa jengkel saat sang anak asyik seharian dengan gadget nya hingga menolak ajakan bermain teman sebaya? Padahal sejak dulu bunda yang mengajari memainkan benda tersebut dengan dalih ‘biar anteng’ atau ‘main dengan gadget bakal lebih aman.’
Sebagai orangtua, tentunya kita menginginkan yang terbaik untuk anak. Orangtua pula yang memiliki andil besar dalam mendidik anak-anaknya, bukan guru TK atau orang terdekat lainnya. Karena orangtua ialah tokoh utama untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, sedangkan lingkungan ialah tempat yang menunjang kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut. Maka itu, alangkah baiknya tidak langsung menghakimi anak yang berlaku tak sesuai usianya. Mari renungkan sejenak, bisa jadi ucapan dan perilaku mereka itu wujud pengaplikasian setelah merekam aktivitas kita, bisa jadi lingkungan sekitar yang memang secara sadar maupun tidak telah menanamkan kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Lantas, apakah ruang gerak anak terbatas di dalam rumah saja agar dirasa aman? Tidak. Bahkan kegiatan di luar ruangan juga sangat penting, apalagi dalam mendorong proses perkembangan khususnya motorik kasar. Namun, bukan berarti membiarkan anak bebas bermain di luar. Di sini, perlu adanya pengawasan, dan jauh lebih bagus lagi jika kita turut bermain. Kemudian, bilamana melarang anak memainkan permainan yang kiranya dapat membahayakan, perlu diingat ayah bunda … hindari kata ‘jangan’ sebab dapat menghilangkan trust pada diri anak.
Ya, benar. Mengurus anak perlu ketelatenan dan kepekaan tinggi. Tidak mudah, namun tidak berarti sangat sulit. Apa yang anak-anak terima di masa kanaknya ini, akan mempengaruhi kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu, tanamkan sejak dini pada anak ucapan dan perilaku yang baik untuknya, dan itu dimulai dari diri kita membiasakan berlaku demikian. Semoga kita dapat menjaga amanah-Nya, Aamiin. []
Purwakarta, Maret 2018