PURWAKARTA—Soal riba, Saptuari Sugoharto, seorang pengusaha yang juga merupakan pegiat anti riba, dalam Seminar Nasional Kembali ke Titik Nol yang digagas PPALC Purwakarta, mengatakan sebaiknya pintu-pintunya segera ditutup.
Dalam acara yang dihadiri ratusan audiens dari berbagai kota itu, Saptuari mengungkapkan tiga jurus menutup pintu riba. Jurus-jurus itu yakni amputasi, rawat inap dan rawat jalan.
“Tutup pintu riba, amputasi saja,” ujar Saptuari di Ballroom Hotel Harper Purwakarta, Ahad (19/11/2017).
Apa itu amputasi, jelas Saptuari, missal kita punya rumah hasil berutang riba ke lembaga ribawi sudah langsung jual. “Gak usah peduli, jual langsung,” tegas Saptuari.
Insya Allah kita tetap bisa hidup, lanjut Saptuari, meski tinggal di rumah kontrakkan. “Amputasi.”
Kemudian rawat inap, lanjut pengusaha asal Kota Yogyakarta itu, ini kondisi yang menimpa orang-orang tertentu. “Misal, kita kredit rumah. Sudah jalan delapan tahun, tinggal dua tahun lagi. Tapi kita berat untuk melepasnya,” ujar Saptuari.
Berat melepas karena punya hubungan baik dengan tetangga kiri-kanan, lanjut Saptuari, dekat sama masjid. Jika kondisinya begini, rawat inap saja.
“Bikin akad sama Allah, tobat. Minta dimampukan agar bisa melunasi utang dalam waktu kurang dari dua tahun –misal enam bulan.”
Berdoa, “Ya Allah mampukan saya agar bisa menyelesaikan utang sebelum dua tahun, enam bulan ya Allah,” jelasnya memberi contoh.
Dari sana kita terus ikhtiar, cari rezeki lagi, berdoa agar Allah memampukan kita. “Insya Allah,” papar Saptuari.
Yang ketiga rawat jalan, ini juga karena kondisi tertentu jelas Saptuari. “Misal karyawan, gaji umr, cicilan motor lumayan. Ini motor tinggal enam bulan lagi, tapi motor gak mungkin dilepas karena untuk pergi ke pabrik.”
Solusinya tobat, “Minta ampun sama Allah, dan tidak membuka akad-akad riba baru,” tegas Saptuari. []