SATU hari, adik minta dibelikan mainan.
Ayah berkata, “Kamu tidak perlu mainan.”
Adik memberengut. “Kalau begitu, aku tidak mau sekolah besok …”
Ayah mengangkat alis.
Besoknya, adik benar tidak mau sekolah.
BACA JUGA:Â Kucing Itu Makhluk Crepuscular, Suka Bangun di Sepertiga Malam?
Sebelum berangkat kerja, ayah memanggil adik. “Sini,” ujar ayah. Adik mendekat. Ayah berkata lagi, “Sapu rumah, dari mulai ruangan depan sampai dapur.”
Adik terkejut. “Lho.. ke… kenapa?”
Ayah tidak menjawab. Tak urung adik melakukannya.
10 menit adik menyapu rumah. Wajahnya ditekuk.
Ayah memanggil adik lagi ke dapur. “Cuci semua piring-piring kotor ini,” perintah ayah kepada adik.
Adik terkejut lagi. Ia menangis. Tapi melakukannya. Sambil wajahnya ditekuk. Ia terbiasa menyapu kamarnya sendiri dan membersihkan tempat makannya, tapi tidak pernah dalam kondisi seperti ini.
“Sudah? Terima kasih,” ujar ayah. “Mulai hari ini dan seterusnya, adik menyapu dan membersihkan seperti barusan ya. Pagi dan sore…”
Adik terkejut. “Kenaappa… kenapa, yah?”
BACA JUGA:Â Di Ujung Jalan, Selalu Ada Jalan (1)
Ayah menjawab dengan wajah yang lurus, “Supaya kamu terbiasa. Kamu tahu, orang yang tidak sekolah, orang yang putus sekolah—biasanya, biasanya nih—nanti pekerjaan yang ia dapatkan, antara menyapu, membersihkan piring dan atau sejenis itu. Kalau kamu terbiasa melakukannya sekarang, kamu tidak akan terkejut lagi nanti setelah kamu dewasa.”
Adik menangis. Ia berkata, “Besok aku sekolah, yah…” []
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
PS. Inspirasi dari Kajian Ustadz Adriano Rusfi