Oleh: Fiani Gee
DI sebuah masjid mungil. Beberapa orang baru saja usai shalat subuh. Saat semua jama’ah sudah pulang, sang imam memanggil dua muridnya untuk memulai pelajaran. Kedua muridnya tersebut juga bekerja membantunya mengurus masjid.
Sang ustadz memulai kajiannya, “Assalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.”
Kedua muridnya menjawab, “Wa’alaikumsalam warahmatullaah wabarakaatuh.” Seraya menjawab salam dari guru mereka, keduanya saling berpandangan. Biasanya, saat mengajar, ustadz tersebut hanya membawa tasbih dan Al Qur’an. Namun hari ini di hadapannya ada dua kantung yang entah berisi apa.
Kemudian sang ustadz bertahmid dan bershalawat. Kedua muridnya pun mengikuti sambil saling menyenggol satu sama lain.
BACA JUGA:Â 6 Cara Memanfaatkan Waktu untuk Meraih Sukses
Sang ustadz yang melihat tingkah laku kedua muridnya, kemudian berkata, “Saya akan berikan kalian masing-masing satu kantong roti,” ia mengulurkan setiap kantong kepada murid-muridnya itu.
“Untuk apa ini guru?” keduanya masih keheranan. Biasanya pagi-pagi mereka hanya diberi makan 3 butir kurma dan segelas air putih. Lalu mereka harus pergi ke ladang dan kembali mendapat makanan saat siang hari. Tapi kali ini, pagi-pagi sudah mendapat sekantong roti.
“Bawa ini sebagai bekal di ladang. Tapi, hari ini kalian hanya bekerja di ladang satu jam saja dari sekarang. Lalu kembalilah ke masjid tepat waktu.”
Kedua murid itu tak banyak bertanya. Tapi, mereka senang tidak perlu berlama-lama di ladang. Tak lupa dua pemuda tersebut menenteng kantong rotinya masing-masing.
Sampai di ladang yang dimanahkan kepadanya, murid pertama duduk di saung kecil di tepi ladang. Ia membuka kantong roti dan tergiur dengan roti-roti aneka rasa yang dibawakan oleh gurunya. “Wah, roti-roti ini terlihat enak sekali. Aku makan saja dulu, supaya kuat saat bekerja.”
Ia pun memakan semua roti dalam kantong. Setelah makan, ia bukannya berkerja. Melainkan bersantai-santai, karena perutnya yang kekenyangan. Tak terasa ia tertidur.
Ketika tiba di ladangnya, murid kedua melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan murid pertama. Ia membuka kantong. Namun, memakan hanya dua buah roti dan menyisakan sebagian. Kemudian ia menggarap ladang.
Satu jam berlalu. Murid kedua berjalan pulang. Murid pertama terbangun dan terkejut. “Aiih sudah satu jam. Guru menyuruh ke ladang hanya satu jam.” Ia pun berlari menuju masjid.
Di depan mimbar, guru mereka telah menantikan kedatangan kedua muridnya. Berdua mereka bersila di depan sang guru. Ia bertanya kepada keduanya, “Bekal apa tadi yang saya bawakan dan apa pesan saya?”
Murid pertama menjawab, “Ustadz membawakan kami sekantung roti dan memberi waktu satu jam untuk bekerja di ladang.”
Ustadz tersebut mengangguk. “Baik, sekarang ceritakan apa yang kalian lakukan selama satu jam di ladang.”
Keduanya menceritakan secara jujur. Setelah usai bercerita, murid pertama berkata, “Saya minta maaf ustadz, karena tidak sempat menggarap ladang.”
“Ya, tidak apa-apa. Besok kau bisa kembali bekerja lagi,” kata sang guru sambil menepuk pundak kedua muridnya.
Kedua muridnya hanya menunduk.
“Dunia dan segala isinya adalah seperti roti yang kalian bawa. Mereka akan tetap ada seperti roti yang dibawa oleh murid kedua, meski kita tidak menggunakannya detik ini juga. Satu jam ke depan, masjid ini masih ada. Seminggu lagi, masjid ini juga masih ada,” sang guru berhenti sejenak.
BACA JUGA:Â Hanya Soal Waktu
Murid-murid itu mengangguk.
“Namun, seperti halnya waktu satu jam untuk bekerja di ladang. Waktu shalat, jika kita kita lewatkan. Maka tidak ada lagi waktu shalat yang sama dengan hari ini. Dzuhur jika kita lewatkan, maka setelah itu telah sampai ashar. Kalaupun esok ada waktu dzuhur, itu adalah dzuhur yang berbeda dari hari ini. Nilai keduanya pula berbeda.” Sang guru menarik napas. “Dzuhur hari ini, jika tak terlewat. Ditambah dengan dzuhur esok hari yang juga tak terlewat, maka ia menjadi dua. Satu saja terlewat tak ada lagi penggantinya.”
Murid pertama tertunduk, semakin dalam.
“Dunia dan seisinya tak akan habis. Meski kita lewati. Akan ada roti yang lain di esok hari. Namun, waktu yang tak termanfaatkan akan habis begitu saja. Satu jam tadi, tak akan ada lagi. Ia telah habis. Pandai-pandailah menikmati dunia dan bijaksanalah menggunakan waktu.”
Keduanya mengangguk kuat-kuat.
Saudaraku, tahun ini pun akan segera habis. Muharram dan Januari pula akan datang. Entah berapa banyak waktu yang telah habis dan tersia-siakan. Semoga Allah mengampuni setiap kelalaian. Aamiin. []