Kita kadang terbetik untuk berfikir bagaimana para tokoh besar menjalani kehidupan. Berinteraksi sosial sesama teman, tetangga dan saudara serta muslimin lainnya, tentu bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan.
Kesempatan pun Allah beri sama kepada kita, sehari 24 jam. Namun ada satu hal yang bisa menjadi perbedaan besar, atau jurang terpisah antara kita dengan mereka.
Maka sangat-sangat wajar para tokoh dan juga Ulama besar memiliki ilmu dan agama yang begitu kuat. Dalam masalah waktu nampak begitu “pelit”. Bagi mereka kesempatan yang ada terlalu berharga untuk disia-siakan.
Bahkan disaat yang seharusnya bisa digunakan untuk istirahat sebagaimana manusia pada umumnya, tapi justru digunakan untuk sesuatu hal demi kemaslahatan agama dan umat. Sama sekali tak terlintas jika yang mereka lakukan mungkin bisa mempengaruhi fisik, atau apa saja yang membuat badan menjadi semakin lelah.
Dikisahkan ada 3 tokoh besar bersinggah dan tinggal pada satu tempat. Ditakdirkan bahwa mereka berisitirahat di satu bilik. Dua diantaranya kita mengenalnya sebagai Imam Mahdzab. Mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Asy-Syafi’i dan Yahya bin Ma’in.
Selepas sholat isya’ di Masjidil Haram, mereka kembali ke bilik. Dari sini kita akan melihat lebih dalam perihal kehidupan para tokoh yang dikenal oleh seluruh kaum muslimin. Imam Ahmad tidak tidur-tiduran, atau istirahat lainnya untuk memberi hak kepada tubuh. Beliau berdiri menghadap kiblat untuk shalat. Ibadah tambahan tersebut diteruskan hingga menjelang shubuh.
Terdengar adzan shubuh, mereka kemudian bergegas berangkat Ke Masjidil Haram untuk melaksanakan shalat shubuh.
Setelah balik dari masjid, Imam Asy-Syafi’i terheran-heran terhadap Imam Ahmad karena apa yang dilakukan semalaman. Lantas Imam Asy-Syafi’i bertanya, “Wahai Imam Ahmad bin Hanbal, aku lihat engkau Shalat dari selepas Isya sampai shubuh, Apa yang kau lakukan?
Kata Imam Ahmad, “Aku mengkhatamkan Qur’an 30 juz dalam tahajud.”
Begitu semangatnya Sang imam, hingga menyelesaikan hafalan Qur’an dalam satu malam. Kita saja yang shalat tarawih dari selepas isya sampai jam 9, mungkin sudah banyak yang tumbang. Lalu bagaimana sampai menjelang shubuh? Maka, kecintaan besar kepada pemilik Kalam-Nya lah yang mampu menghilangkan rasa letih.
Diketahui Imam Ahmad Dan Imam Syafi’i adalah sahabat dekat saat di Irak. Sampai Imam Ahmad tak pernah lupa mendoakan Imam Syafi’i. Tidak tanggung-tanggung, beliau mendoakannya hingga 40 tahun, kata Imam Baihaqi dalam kitab Manaqib Asy-Syafi’i (buku sejarah Imam Asy-Syafi’i).
Ternyata Imam Asy-Syafi’i tidak hanya heran apa yang dilakukan Imam Ahmad. Beliau juga penasaran terhadap apa yang dilakukan Yahya bin Ma’in malam itu.
Imam Syafi’i Bertanya, “Wahai Yahya, kenapa aku lihat engkau tidak tidur, baring menghadap kanan dan kadang kekiri, apa yang kau lakukan?”
“Aku memeriksa hadist Shohih dan hadist Dhoif sebanyak 200 hadist dalam semalam”. Jawab Yahya bin Ma’in.
Alangkah berharganya waktu dimata Yahya bin Ma’in. Sampai berbaring pun tidak berfikir untuk mengistirahatkan badan. Justru otak terus berputar demi menyelesaikan masalah walaupun sudah larut malam.
Namun Yahya pun menjadi heran, apa yang dilakukan semalaman oleh Syafi’i hingga tahu bahwa semalam tidak ada yang tidur diantara mereka.
Yahya bin Ma’in lantas kemudian bertanya, “Bila engkau menengok kami, lalu apa yang engkau lakukan semalam?”
Jawab Imam Syafii, “Aku mengeluarkan hukum halal haram dari Qur’an, hadist, ijma’ dan qiyash sebanyak 200 hukum.”
Lengkap sudah bahwa malam itu tidak ada yang tidur karena sibuk pada urusan masing-masing. Mereka bukan mengurusi dunia yang bagi kita bisa saja betah jika mengurusi hal yang menghasilkan uang. Tapi orientasi mereka adalah akherat, dimana selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Itulah kehidupan malam beberapa ulama. Perjalanan malam mereka tidak pernah mati. Selalu dihiasi dengan Ibadah dan ilmu. Bahkan diamnya saja selalu membuahkan hasil yang menakjubkan.
Coba kita bayangkan, bagaimana jika salah satu dari kita ada bersama mereka tinggal disatu tempat. Saat ditanya Imam Syafi’i, jawaban apa yang pantas kita uraikan tentang menghidupi malam dengan hal positif?
Apakah hanya menyisakan dengkuran, atau melukis pada pulau impian?
Semoga sepotong kisah bagaimana menghidupi malam dengan sesuatu yang luar biasa menjadi pelecut kita, bahwa bagusnya kwalitas seseorang adalah seberapa tinggi memanfaaatkan waktu, baik dikala siang ataupun malam. Malam memang dapat mengistirahatkan badan yang lelah, selepas bergelut dengan dunia. Malam juga merupakan waktu yang panjang. Maka alangkah lebih baik jangan hanya kita pendekkan dengan dengkuran dan lelap tidur. []
Kisahnya seperti yang dituturkan oleh Ust. Abdussomad Lc. MA. dalam ceramahnya.