SAUDAH binti Zam’ah, termasuk salah satu wanita yang lebih dulu masuk Islam. Ia ikut dua kali perjalanan hijrah, yakni ke Habasyah dan ke Madinah. Ia dikenal sebagai wanita yang memiliki hati yang lapang yakni keridhaannya yang sangat besar. Selalu lebih mementingkan ridha Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dibanding kepentingan dirinya sendiri. Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Aku tidak melihat seorang wanita pun yang perilakunya ingin aku tiru, melebihi Saudah binti Zam’ah.
Saudah selalu berupaya sekuat tenaga untuk menyenangkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, meski harus mengorbankan kebahagiaan dirinya sendiri.
BACA JUGA: Istri-istri Nabi Tidak Pernah Naik Haji setelah Rasulullah Wafat
Ia tahu bahwasanya istri yang paling beliau cintai adalah Aisyah. Oleh sebab itu, bahkan ia ingin membahagiakan hati Rasulullah dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada Aisyah demi mencari ridha Rasulullah.
Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, “Setiap kali hendak bepergian, Rasulullah mengundi istri-istri beliau. Siapa yang ingin undiannya keluar, dialah yang ikut bersama beliau. Beliau membagi waktu satu hari satu malam untuk setiap istri beliau. Hanya saja Saudah binti Zam’ah selalu memberikan jatah hari dan malamnya kepada Aisyah, istri Nabi, demi mencari ridha Rasulullah.”
Diriwayatkan dari Urwah, ia berkata, “Aisyah berkata, “Wahai keponakanku! Rasulullah tidak melebihkan di antara kami dalam hal bergilit untuk tinggal di tempat (masing-masing dari) kami. Beliau sering bergilir di antara kami secara keseluruhan, beliau mendekati setiap istri tanpa berhubungan badan, hingga beliau tiba di tempat di mana hari itu beliau berada, lalu beliau menginap di sana.”
BACA JUGA: Empat Pelajaran dari Kehidupan Istri Nabi Khadijah
Saudah binti Zam’ah menuturkan kala ia sudah berusia senja dan takut dicerai Rasulullah, “Wahai Rasulullah, (aku berikan jatah) hariku untuk Aisyah.’ Rasulullah menerima itu. Saudah berkata, ‘Kami katakan, “Terkait dengan hal itu dan hal semacamnya, Allah menurunkan firman-Nya, ‘Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz’.” (QS. An-Nisa Ayat 128). []
Sumber: Ummul Qura, Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Karya Syaikh Mahmud Al-Mishri., hal 93,105.