Oleh: Ahmad Suwardi
ahmadsuwardi455@gmail.com
SAUDARAKU,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan terus berupaya menjalankan perintah-perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Diantara perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau adalah teladan terbaik bagi kita semua.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab: 21)
BACA JUGA: Saudaraku, Permisalan Dunia Seperti Air
Untuk meneladani dan mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupannya. Maka pada hari ini, kita akan sedikit saling mengingatkan tentang keagungan pribadi dan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dengan mengenal dan terus mengingatnya, kita akan semakin terpacu untuk mengikuti Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Saudaraku,
Pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pribadi yang sangat agung, yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Akhlak beliau memadukan antara pemenuhan terhadap hak Allah, sebagai Tuhannya dan penghargaan kepada sesama manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang banyak sekali bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-nikmatNya dan sering bertaubat dan beristigfar.
Bahkan beliau pernah shalat sampai kedua kakinya bengkak, sehingga ada yang mengatakan:
يَا رَسُوْلَ اللهِ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Wahai Rasulullah! Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lewat dan yang akan datang?” Beliau dengan ringan menjawab, “Tidakkah patut aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?!”
Meski beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat pandai bersyukur atas segala limpahan nikmat-Nya, beliau tetap saja banyak beristighfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau bersabda:
وَاللهِ إِنِّى لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Demi Allah! Sesungguhnya aku beristigfar, memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih dari 70 kali dalam sehari.”
Beliu juga sangat takut terhadap murka Allah Subhanahu wa Ta’ala jika beliau melihat gumpalan awan, terlihat di wajah beliau isyarat seakan tidak suka dan khawatir. Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menanyakan hal tersebut, “Wahai Rasulullah ! orang-orang umumnya senang melihat gumpalan awan karena berharap guyuran hujan, sementara engkau terlihat tidak suka dan merasa ketakutan .” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
يَا عَائِشَةُ وَمَا يُؤْمَنُنِي أَنْ يَكُوْنَ فِيْهِ عَذَابٌ قَدْ عُذِّبَ قَوْمُ بِالرِيْحِ
“Wahai Aisyah! Adakah yang memberi jaminan kepadaku bahwa tidak ada adzab dibalik awan itu? Karena ada juga kaum yang diadzab dengan menggunakan angin.”
BACA JUGA: Saudaraku, Sungguh Mulia Hamba yang Qanaah
Meski demikian, beliau adalah orang yang paling pemberani. Pernah pada suatu malam penduduk Madinah dikejutkan oleh suara keras, sehingga mereka semua bergegas menuju kearah suara itu. Saat mereka sedang berangkat menuju sumber suara, justru mereka berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sedang dalam perjalanan pulang dari sumber suara. Beliau telah mendatangi sumber suara sebelum yang lain.
Beliau juga seorang yang sangat lembut dan tidak tergesa-gesa. Suatu ketika beliau pernah berjumpa dengan seorang arab badui lalu orang itu menarik selendang yang beliau kenakan di pundak beliau sehingga meninggalkan bekas pada pundak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam . lalu orang itu berkata, “Wahai Muhammad, berilah aku sebagian dari harta yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepadamu!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak marah. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh dan menyuruh kepada para sahabatnya agar memberikan sesuatu kepada orang ini.
Kisah lain datang dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang pernah tinggal dan membantu beliau selama 10 tahun, baik dalam perjalanan maupun ketika di rumah. Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 10 tahun tidak pernah mengatakan ‘Uh’ kepadanya.
Beliau juga tidak pernah menyalahkan Anas radhiyallahu ‘anhu terhadap apa yang dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa engkau melakukan ini?” atau terhadap apa yang tidak dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa engkau tinggalkan?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memukul siapapun dengan tangan beliau, meskipun seorang pembantu kecuali dalam kondisi jihad fi sabilillah. Beliau juga tidak pernah melakukan aksi pembalasan terhadap semua perlakuan buruk yang beliau alami.
Kecuali jika perlakuan buruk tersebut sudah masuk kategori pelanggaran terhadap apa yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala , maka saat itu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menegakkan hukum karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Saudaraku,
Betapa tinggi serta mulia akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَ إِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS. al-Qalam: 4)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling agung, paling mulia dan paling luhur akhlaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan perbuatan nista, tidak pernah mencela dan beliau bukanlah tipe orang yang suka malaknat.
BACA JUGA: Saudaraku, Berharaplah Hanya kepada Allah SWT
Beliau adalah seorang yang sangat dermawan terutama pada bulan Ramadhan. Kedermawanan beliau mengalahkan angin yang berhembus. Jika ada yang meminta sesuatu kepada beliau atas nama islam, maksudnya untuk memotivasinya agar masuk islam, maka pasti beliau akan memberikannya, meskipun itu besar.
Perhatikanlah ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sekawanan kambing kepada seorang laki-laki yang baru saja masuk islam, Setelah mendapatkan pemberian yang sangat banyak tersebut, orang itu pulang ke kaumnya dan mengatakan:
يَا قَوْمُ أَسْلِمُوْا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِيْنِي عَطَاءَ مَنْ لَا يَخْشَى الفَاقَة
“Wahai kaumku, masuklah kalian ke agama Islam, karena Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan sesuatu sebagaimana pemberian orang yang tidak takut miskin.”
Saudaraku,
Akhlak mulia beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berikutnya adalah beliau sangat zuhud terhadap dunia, padahal beliau Rasulullah, utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala , Tuhan yang maha kaya. Jika beliau menginginkan dunia, maka pasti beliau bisa mendapatkannya, namun beliau tidak menginginkannya.
Ketika beliau diberikan pilihan antara hidup di dunia semaunya ataukah menemui Tuhannya, beliau memilih untuk menemui Tuhannya, maksudnya meninggal. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah menahan lapar selama berhari-hari, karena tidak memiliki makanan yang bisa digunakan untuk mengganjal perut.
BACA JUGA: Saudaraku, Ingatlah Allah, Maka Hatimu Menjadi Tenang
Beliau meninggalkan dunia ini tanpa meninggalkan harta warisan berupa emas, perak maupun binatang ternak. Beliau hanya meninggalkan senjata dan baju besi yang digadaikan kepada seorang Yahudi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Subhanallah, bagaimanakah dengan kita ?! padahal beliau adalah Rasulullah, yang pasti terjaga dan tidak akan terperdaya oleh dunia.
Mudah – mudahan kita semua dapat mencontoh akhlak mulia beliau sehingga kelak diakhirat nanti kita akan diakui sebagai ummatnya dan masuk surga bersama – sama beliau di dalam surga yang tertinggi yaitu jannatul firdaus. Amiin amiin ya robbal alamin
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيم
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah saya, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. []