SAUDARAKU,
Tahukah engkau tukang parkir? Ya, salah satu profesi yang hanya sedikit orang meminatinya. Bagaimana tidak, tukang parkir ini bekerja di pinggiran atau di suatu tempat tertentu untuk mengamankan kendaraan yang jumlahnya tidak sedikit.
Dan terkadang jika terjadi hal yang tidak diinginkan, maka ia akan terkena imbasnya. Sebab, memang cukup berat tanggungjawabnya.
Saudaraku,
Kita harus mau belajar jadi tukang parkir. Lha kok, kenapa? Belajar jadi tukang parkir, bukan berarti kita belajar untuk mempersiapkan diri berprofesi jadi tukang parkir.
BACA JUGA:Â Saudaraku, Ujian bagi Orang Mukmin Itu seperti Obat yang Mengeluarkan Penyakit dari Tubuhnya
Melainkan, kita belajar dari hikmah pekerjaan yang dilakukannya itu.
Tukang parkir memiliki banyak mobil dan motor. Jumlahnya terkadang tak terhitung. Tetapi, saat mobil atau motor itu pergi satu per satu, maka tak ada sedikit rasa sesal yang dirasa.
Saudaraku,
Mengapa? Sebab ia tahu bahwa mobil dan motor tersebut hanya titipan.
Dan ia hanya ditugaskan untuk menjaga. Ia tidak berpikir bahwa ia yang memilikinya. Sehingga, ketika pergi, ia tidak menangisinya.
Itulah yang harus kita lakukan pada suatu hal yang dekat dengan kita, yang menjadi titipan dari Allah SWT. Baik itu keluarga maupun barang.
Saudaraku,
Kita hanya diberi amanat oleh Allah SWT untuk menjaga dan menggunakannya dengan baik. Jangan sampai ada rasa ingin memiliki.
Sebab, jika sudah memiliki rasa tersebut, maka ketika kehilangan kita akan merasakan sedih luar biasa.
BACA JUGA:Â Saudaraku, Jangan Kautanam Bibit-bibit Perpecahan dengan Berprasangka…
Kita harus belajar untuk tidak memiliki secara penuh. Sebab, segala sesuatu yang ada di muka bumi ini hanyalah milik Allah SWT. Kita tak bisa mengambil punya Allah.
Saudaraku,
Kita tak bisa mengaku-ngaku bahwa apa yang dimiliki Allah ini adalah milik kita.
Maka, ketika kesadaran tersebut diterapkan, hati kita akan lebih mudah untuk mengikhlaskan sesuatu yang telah pergi dari kita. []