DI suatu malam di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW berjalan berdua dengan isterinya, Ummu Salamah, menyeruak kegelapan.
Ini terjadi saat Rasulullah SAW hendak mengantar sang isteri pulang ke rumahnya setelah menengok Rasulullah yang tengah melakukan i’tikaf.
Dalam perjalanan itu mereka berpapasan dengan seorang laki-laki. Demi melihat itu, laki-laki itu menghentikan langkahnya sejenak. Menyadari bahwa posisinya bisa mengundang kecurigaan. Rasulullah SAW mengatakan kepada orang itu, “Saudaraku, ini adalah isteriku.”
Begitulah Rasulullah SAW berusaha menepis kecurigaan. Beliau tidak rela membiarkan prasangka berkembang menjadi fitnah. Karena memang syetan—baik dari kalangan jin maupun manusia—akan selalu mencari-cari jalan bahkan celah sekecil apa pun untuk meniupkan tuduhan-tuduhan busuk.
Bisa dibayangkan bila kecurigaan orang itu berkembang menjadi isu dan ditambah dengan provokasi orang-orang munafik, maka bukan mustahil akan menjadi berita dusta seperti yang pernah menimpa Aisyah—semoga Allah meridhoinya—dengan peristiwa yang dalam sirah terkenal dengan Haditsul-ifki (berita dusta). []
Sumber: Majalah SAKSI, Jakarta