KALAU ada saudara sendiri sedang berselisih, sebagai seorang muslim sikap terbaik adalah “ngademin” dan lebih baik lagi dengan mendamaikan. Janganlah menjadi duri dalam daging atau pun api dalam sekam dalam tubuh mukmin. Jangan menjadi musuh bagi saudaramu.
Perselisihan itu sudah terjadi sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa antara Aisyah radhiyallahu ‘anha, istri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dengan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, sepupu Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah mengalami perselisihan sehingga berkobarlah perang yang disebut dengan perang Jamal.
Namun perang itu terjadi ternyata bukan atas kehendak orang-orang pilihan tersebut melainkan ada orang di balik itu.
Merekalah Yahudi yang senang menunggangi dan menyulut api permusuhan di tengah kaum muslimin. Hingga saat ini mereka tak pernah berhenti untuk melancarkan segala cara hingga kita mengikuti langkah mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَنۡ تَرۡضٰى عَنۡكَ الۡيَهُوۡدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡؕ
Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.(QS. Al-Baqarah Ayat 120)
Banyak cara penjajah Yahudi untuk menghancurkan keluarga muslim. Setidaknya ada 3 garis besar strategi mereka:
1. Menghancurkan Fitrah Ibu
Mereka buat para Ibu/ istri tidak nyaman di rumahnya dan mementingkan karir daripada anaknya. Sehingga pendidikan dari rumah bagi anaknya terabaikan dan terbengkalai.
Wanita dijadikan bahan komoditi yang bernilai dan menghasilkan cuan. Maka dibuatlah lapangan pekerjaan untuk kaum wanita lebih banyak daripada kaum pria.
2. Sekolah
Dibuatlah para siswa tidak lagi respect terhadap guru. Tidak menghargai dan bersikap tidak wajar kepada guru. Salah satunya lewat tekhnologi yang kebablasan. Kemudian guru pun tidak lagi disibukkan dengan mendidik melainkan disibukkan dengan administrasi yang banyak atau tugas yang bisa menghabiskan waktunya sehingga siswa tidak optimal mendapatkan haknya.
BACA JUGA: Saudaraku, Ingatlah, Doa Adalah Obat
Semangat guru dalam mengajar sudah teralihkan kepada yang lain. Walhasil output pendidikan bukan lagi kepada kualitas melainkan materi.
Selain itu siswa justru disuguhkan gadget untuk pembelajaran. Sehingga menjadi alasan untuk bisa menggunakan gadget dalam waktu yang lama.
3. Menjauhkan Umat dari Ulama Hanif
Kita bisa perhatikan, bahwa sering terjadi persekusi terhadap ulama.
Dibuatlah isu buruk atau pencitraburukan terhadap Islam dan ulama. Sehingga umat Islam sendiri takut untuk belajar Islam dan mendekat kepada para ulama. Sementara ulama yang suu’ (buruk) atau mereka yang ‘berharga’ (bisa dibeli dengan uang) menjual ayat ayat Allah demi kepentingan sendiri dan diberi panggung seluas-luasnya.
Walaupun banyak strategi yang mereka lancarkan, setidaknya 3 poin ini mewakili bahwa rusaknya kaum muslimin berawal dari keluarga, sekolah dan peran ulama.
Beranjak dari sini, maka berhati-hatilah saudaraku dalam memetakan musuh, siapa sebenarnya yang layak kita musuhi. Saat diri kita menjadi salah seorang yang memusuhi salah satu saja dari wali Allah maka Allah pun akan memeranginya.
BACA JUGA: Kenapa Yahudi Memusuhi Umat Islam? (1)
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya.(HR. Bukhari)
Ibnu Katsir rohimahulloh menafsirkan: Allah Ta’ala menginformasikan bahwa para wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Siapa saja yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah (Tafsir Ibnu Katsir, 2/384).
Tugas kita saat ini adalah selalu minta petunjuk kepada Allah dan diselamatkan dari fitnah di saat fitnah dunia semakin besar. Wallahu a’lam, Wallahu musta’an. []