RAKHINE—Salah seorang wanita Muslim Rohingya Hamida (30) menceritakan betapa kejinya perlakuan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Hamida menceritakan, Desa Quachong di Rakhine State tempat dia bermukim bersama Muslim Rohingya lainnya mendapat serangan pada 2 September lalu.
Hamida yang kala itu tengah hamil, mendengar keributan di luar rumah dan diikuti bunyi ledakan.
“Mereka mengepung desa kami, mereka meluncurkan roket, bahkan menembaki kami saat kami sedang berlarian. Mereka membakar desa kami,” kata Hamida dikutip Dailymail.
Hingga tiba saatnya tanggal kelahiran anaknya telah dekat, Hamida bersama suami dan keenam anaknya memutuskan untuk kabur dari desa.
Mereka pun bersembunyi di hutan selama 48 jam lamanya. Dalam keadaan yang mencekam itu, Hamida terpaksa harus melahirkan anaknya di hutan tanpa bantuan medis. Bahkan Hamida melahirkan tak beralaskan sehelai kain pun.
Persalinan anak Hamida berjalan lancar. Seorang bayi laki-laki terlahir ke dunia dalam suasana pilu dan menjadi saksi baru kekejaman junta Militer Myanmar.
Tak berselang lama, Hamida kembali mendengar suara gaduh mendekat. Tanpa pikir panjang mereka lagi-lagi melarikan diri dalam kondisi tali pusar anaknya yang masih menempel.
“Saya berlari dengan tali pusar bayi yang masih melekat. Mereka mengejar kami dan saya tahu mereka membawa pistol dan pisau,” tutur Hamida. []