SEPASANG suami istri menceritakan bagaimana proses mereka masuk Islam. Sang istri bernama Indrani dan suaminya bernama Chandara. Keduanya dulu beragama hindu. Indrani lahir di keluarga yang tidak taat pada agamanya. Namun saat dewasa ia bertemu dengan Chandara—seorang penganut hindu yang taat.
Indrani yang melihat Chandara yang taat berdoa, mulai membawa patung dan symbol ketuhanan hindu ke rumahnya. Ia pun sering mengikuti kegiatan pura bersama Chandara. Suatu ketika, Chandara mempersunting Indrani. Keluarganya sangat setuju karena melihat ketaatannya pada Hindu.
Suatu ketika Chandara dilanda kegaluan yang luar biasa. Ia mulai tidak percaya kepada tuhan yang ia sebut dalam meditasinya. Chandara sering menyebut banyak nama dewa dalam doanya.
Saat merasakan kegalauan itu, Chandara pegi ke perpustakaan dan mempelajari kita hindu. Namun, ia justru semakin pusing mempelajarinya. Selain bahasanya yang sulit di mengerti, hatinya tidak menerima akan banyak dewa yang harus ia sembah.
Dalam masa pencariannya, Chandara sempat diajak oleh seorang pendeta ke gereja. Namun, hatinya kembali menolak ajaran tersebut. Bukan agama ini yang ia cari. Sering kali ia merasa kesal karena belum juga menemukan Tuhan mana yang harus ia sembah.
Di tengah kegalauannya yang semakin menjadi, teman-teman kerjanya orang melayu bertanya mengenai hindu. Mereka tidak berbicara pada Chandara mengenai Islam, hanya saja mereka mengatakan, mereka hanya menyembah satu Tuhan saja.
Saat berkumpul dengan rekan kerjanya, suara adzan terdengar. Sudah masuk waktu dzuhur ketika itu. Chandara sangat terkesan sekali pada panggilan itu. Karena sudah masuk waktu dzuhur, rekan-rekannya yang lain bergegas pergi ke Masjid untuk Shalat.
Saat mereka shalat di Masjid, Chandara berdoa kepada satu Tuhan. Karena belum tau tentang Allah, ia hanya mengucap Tuhan yang maha kuasa, Tuhan yang maha besar, dalam doanya itu. Ia memohon pada Tuhan yang ia yakini agar memberi kebenaran pada dirinya.
Melihat teman-temannya yang bergegas shalat ke Masjid, Chandara berpikir, orang Islam sangat mudah mengenali Tuhannya. “Jika hanya dengan menyembahnya seperti itu, mengapa seseorang membutuhkan semua berhala dan mediator ini?” Tidak lama kemudian Chandara merasa Tuhan dalam Islam yang selama ini dia cari.
Masalah terbesar Chandara adalah bagaimana menjalankan ajaran Islam di rumahnya. Sang Istri, Indrani tidak menyukai orang-orang Muslim.
Sumber: http://www.islamcan.com